ASIATODAY.ID, JAKARTA – Organisasi lingkungan internasional untuk pertama kalinya meluncurkan hasil risetnya terkait peringkat penerapan energi terbarukan terhadap 15 industri teknologi di China.
Riset ini sebagai upaya meningkatkan kesadaran industri teknologi China terhadap lonjakan penggunaan energi.
Riset ini dilakukan atas kerja sama Greenpeace dengan North China Electric Power University dan menuntut percepatan adopsi tenaga surya dan angin bersamaan dengan komitmen China terkait penggunaan energi terbarukan 100 persen.
Greenpeace mencatat adanya kemajuan diantara sejumlah raksasa internet China, tetapi mereka masih tertinggal dari rekan-rekan globalnya.
Dari 15 perusahaan internet terbesar di China, Greenpeace menemukan ada banyak kekurangan di berbagai area seperti transparansi penggunaan energi yang dipublikasi secara publik dan kecepatan korporasi berpindah ke sumber energi terbarukan.
ChinData Group, perusahaan kecil yang didukung Bain Capital dan sedang menanti status unicornnya, menempati posisi pertama mengungguli Alibaba dan Tencent.
Sementara Apple Inc, telah berjanji untuk meninggalkan bahan bakar fosil dan mengurangi penggunaan energi fosil di seluruh rantai pasokannya.
“Tencent Holdings Ltd. adalah salah satu yang terbaik dalam keterbukaan penggunaan energi, meskipun perusahaan tidak membuat banyak kemajuan dalam peralihan ke sumber energi terbarukan,” kata Greenpeace dalam laporannya menyitat Bloomberg, Jumat (10/01/2020).
Alibaba Group Holding Ltd. mencetak skor tertinggi setelah ChinData tetapi hanya berhasil mendapatkan skor 60 dari 100, menggambarkan besarnya tugas mereka di masa depan.
21Vianet Group Inc., mitra penyedia cloud Microsoft Corp. di China, mendapat skor 21.
“Konsumsi daya dari industri internet China meroket dan sangat penting bahwa perusahaan besar tersebut memimpin sektor ini untuk melepaskan diri dari ketergantungannya pada batubara,” kata juru kampanye iklim dan energi Greenpeace Asia Timur, Ye Ruiqi.
Sekitar dua pertiga dari energi China dihasilkan dari pembangkit batu bara, tetapi Beijing berniat untuk mengurangi penggunaan energi fosil secara drastis melalui perluasan penggunaan energi terbarukan.
Menurut Hanyang Wei, analis pasar energi China di BloombergNEF, dalam waktu dekat China masih harus bergantung pada batubara untuk memenuhi keseimbangan dan keamanan jaringan.
Sementara itu, perusahaan China kemungkinan masih akan menggunakan energi fosil karena kontrak kerjasama energi dengan pembangkit listrik tenaga batubara jauh lebih murah.
“Laporan peringkat ini penting bagi perusahaan teknologi CHina untuk melakukan menentukan terhadap para mitra asingnya,” jelas Wei.
ChinData menjadi perusahaan pusat data domestik pertama yang berkomitmen untuk menggunakan target energi terbarukan dengna 100 persen pada akhir 2019, menurut Greenpeace, yang juga memeringkat perusahaan teknologi secara global.
Perusahaan itu juga di antara sekelompok perusahaan lain yang secara strategis telah menemukan pusat data baru di dekat area pembangkit energi terbarukan eksisting seperti Hebei, Mongolia Dalam dan provinsi Sichuan.
ChinData dikabarkan berpotensi melangkah menuju penawaran umum perdana tahun ini, serta membangun dan mengoperasikan pusat server raksasa yang menangani data untuk perusahaan internet. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post