ASIATODAY.ID, JAKARTA – Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Mahendra Siregar mengajak Uni Eropa untuk membangun kemitraan strategis dengan ASEAN.
Menurut Mahendra, dalam relasi itu, sangat penting membangun kepercayaan dan pengakuan bersama dalam mengatasi hambatan dagang antara ASEAN dan Uni Eropa.
Dalam pertemuan antara ASEAN – Uni Eropa pada Jumat (6/8/2021), Mahendra mengatakan kedua kawasan perlu terus menyelaraskan berbagai kebijakan, antara lain memperbaiki iklim dagang dan investasi untuk memberikan nilai tambah yang lebih menguntungkan bagi kedua pihak.
Wamenlu RI mengingatkan agar kedua kawasan memahami tantangan lingkungan hidup yang dihadapi berbagai jenis minyak nabati. Saat elevasi kemitraan, Uni Eropa sepakat dengan ASEAN untuk membentuk Joint Working Group (JWG) membahas isu minyak nabati kedua kawasan.
“Kita dorong agar Joint Working Group untuk minyak nabati ini, tidak hanya membahas tantangan lingkungan untuk sawit, tapi juga minyak nabati lainnya, seperti rapeseed, sunflower terutama isu terkait polusi air & tanah akibat penggunaan pestisida,” ungkapnya dikutip dari siaran pers Kemlu, yang dimonitotor Sabtu (7/8/2021).
Sebagai referensi, beberapa negara anggota ASEAN termasuk Indonesia merupakan produsen minyak kelapa sawit, sementara negara anggota Uni Eropa merupakan produsen minyak biji bunga matahari dan minyak rapeseed.
Melalui Joint Working Group ini, Indonesia meminta agar Uni Eropa melaksanakan komitmennya untuk membangun dialog yang berimbang dalam isu-isu tersebut.
Jumat lalu menjadi hari kelima sekaligus hari terakhir rangkaian pertemuan ASEAN Ministerial Meeting dan ASEAN Post Ministerial Conferences. ASEAN juga bertukar pikiran dengan Uni Eropa dan berdiskusi mengenai keamanan kawasan dengan 27 negara dalam ASEAN Regional Forum.
Selain terkait kerja sama dagang, Wamenlu Mahendra juga membahas isu kebakaran hutan. Dia mengatakan Uni Eropa juga dapat belajar dari Indonesia untuk mengatasi masalah tersebut.
Uni Eropa sendiri mengalami kebakaran hutan empat kali lebih besar luasnya dibanding Indonesia tahun lalu.
“Kerja sama ASEAN dengan Uni Eropa perlu terus berkembang. Uni Eropa tidak hanya memberi bantuan teknis kepada ASEAN tetapi juga dapat belajar dari ASEAN,” imbuh Mahendra.
Dilain pihak, Uni Eropa juga memiliki target pengurangan emisi yang ambisius pada 2030.
Wamenlu menekankan bahwa ASEAN pada dasarnya dapat meningkatkan target pengurangan emisi hingga 41 persen pada 2030, jika negara maju juga dapat memberi sumbangsih. (ATN)
Discussion about this post