ASIATODAY.ID, JAKARTA – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno bersama Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan membahas peluang untuk menerapkan perjalanan tanpa karantina (travel bubble).
“Untuk jangka pendek dengan segala ketidakpastian ini, kita sekarang lebih fokus pada pariwisata nusantara. Namun tidak menutup kemungkinan untuk merenggangkannya, seperti dengan Singapura. Sebab, salah satu titik masuk wisatawan dari Singapura adalah Batam dan Bintan,” kata Sandiaga dalam rilis yang diterima Kamis (21/1/2021).
Travel bubble adalah kesepakatan dengan negara lain untuk membuka akses masuk untuk turis agar timbul gelembung atau koridor perjalanan.
Rencana ini dilakukan untuk memudahkan perjalanan wisatawan untuk keluar masuk Indonesia termasuk dari Singapura yang selama ini menjadi negara penyumbang jumlah wisman terbesar ke Indonesia.
Sandiaga menjelaskan, meski persiapan travel bubble masih dalam tahap diskusi dan perencanaan, Kemparekraf akan terus mendisiplinkan protokol kesehatan dengan ketat di tiap destinasi wisata Indonesia. Agar, jika kelak kebijakan travel bubble diterapkan, Indonesia telah siap khususnya di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Sandiaga menjelaskan salah satu persiapan untuk membuka akses turis, sehingga terbentuk koridor perjalanan di salah satu destinasi wisata, sejumlah daerah diusulkan mendapat vaksin lebih awal yakni Bali, Jakarta, Batam, dan Bintan.
“Vaksinasi sudah mulai di Indonesia, saya telah me-lobby bahwa area seperti Bali, Jakarta, Batam, dan Bintan juga akan mendapat semacam prioritas, karena ekonomi Bali resesi minus 4 persen akibat turunnya kinerja pariwisata. Batam dan Bintan juga lumpuh,” jelasnya.
Menurut Sandiaga, dengan diterapkannya protokol kesehatan berbasis CHSE dan masyarakat telah mendapati vaksinasi, maka akan turut membangkitkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia.
Sementara itu, Menlu Singapura Vivian, mengatakan meski rencana travel bubble Singapura-Indonesia belum ditentukan penerapannya, tidak ada salahnya mendiskusikan persiapan.
“Walaupun kami belum menetapkan waktu kebijakan travel bubble ini, namun penting untuk dibahas. Dari pembahasan ini kita bisa mengetahui skala prioritas dan hal apa saya yang dibutuhkan saat kebijakan ini kelak diterapkan,” ujar Vivian.
Vivian melanjutkan bahwa hal utama yang dipersiapkan adalah aturan hingga protokol kesehatan ketat di masing-masing negara. Hal tersebut bertujuan agar wisatawan dapat melakukan perjalanan dengan nyaman.
“Kami memang memiliki travel bubble yang terbatas, termasuk di beberapa wilayah yang berbatasan dengan Indonesia. Jadi sangat penting untuk berkoordinasi dengan Pemerintah Indonesia termasuk dalam hal protokol perjalanan, protokol kesehatan, dan tindakan pencegahannya. Jadi, dari sini kita bisa menyusun standar perjalanan dan pariwisata bersama secara aman, meskipun epideminya masih belum berakhir. Jadi, memang ada cukup banyak peraturan mendetail yang kita bisa mulai diskusikan dan rencanakan,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa Singapura sedang fokus pada program vaksinasi. Menurutnya vaksinasi merupakan hal utama yang diharapkan dapat segera membangkitkan perekonomian di Singapura.
“Saat ini kami sedang fokus program vaksinasi, karena bagi kami penting memvaksin sebanyak-banyaknya warga untuk mencapai level imunitas, sehingga kami bisa membuka perbatasan negara lebih jauh, membuka pintu perekonomian dan pariwisata. Jadi, banyak dampak (baiknya) dalam program vaksinasi ini,” ujar Vivian. (ATN)
Discussion about this post