ASIATODAY.ID, WINA – Wakil Tetap Republik Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Internasional Lainnya di Wina, Austria, Duta Besar Darmansjah Djumala, memimpin Sesi Debat Umum hari kedua Pertemuan 64th General Conference of the International Atomic Energy Agency (IAEA) pada 22 September 2020.
Mewakili Kelompok Regional South-East and Asia Pacific (SEAP), Duta Besar Djumala merupakan salah satu dari delapan wakil presiden Konferensi ini.
Pertemuan yang berlangsung dari 21- 25 September ini diikuti oleh perwakilan negara anggota IAEA, Badan-badan Khusus PBB, organisasi antar pemerintah serta organisasi non-pemerintah.
“Terpilihnya Indonesia sebagai salah satu Wakil Presiden GC IAEA memiliki arti penting bagi diplomasi Indonesia sebagai anggota IAEA,” kata Dubes Darmansjah, melalui keterangan tertulis KBRI Wina, Jumat (25/9/2020).
“Hal ini menunjukkan posisi strategis Indonesia dalam mendukung implementasi program aplikasi teknologi nuklir IAEA yang membumi, seperti penanganan limbah plastik melalui program NUTEC Plastic dan penanganan penyakit zoonotik melalui program ZODIAC,” jelasnya.
Pertemuan General Conference tahun ini dilaksanakan di tengah situasi pandemi sehingga pengaturan dan pembatasan diberlakukan, termasuk pembatasan jumlah delegasi dalam ruang pertemuan dan penyampaian pernyataan nasional yang dilakukan oleh para Menteri dari lebih sekitar 50 negara melalui video.
Menteri Luar Negeri RI Retno L.P. Marsudi menyampaikan pernyataan nasional melalui video pada hari pertama pada 21 September yang menekankan agar Badan Tenaga Atom Dunia tersebut tetap relevan sebagai organisasi yang membawa misi menjaga perdamaian dunia, sekaligus berkontribusi dalam upaya global menanggulangi pandemi covid-19.
Selain General Debate, Pertemuan General Conference tahun 2020 ini membahas beberapa isu termasuk mengenai the IAEA and the COVID-19 Pandemic dan beberapa rancangan resolusi terkait nuclear safeguards, nuclear security, nuclear and radiation safety, kerja sama teknis, dan aplikasi nuklir.
Beberapa Side Events juga dilaksanakan di sela-sela General Conference, termasuk kolaborasi negara-negara MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia) bertema “Lesson Learned from COVID-19 and the Way Forward for Technical Cooperation” dan Scientific Forum 2020.
Di sela-sela Pertemuan, Indonesia dan IAEA juga menandatangani dokumen Country Program Framework / CPF (Kerangka Program Negara) untuk periode tahun 2021-2025.
Dokumen CPF yang dirancang oleh BATAN dan BAPETEN ini merupakan dokumen rencana strategis jangka menengah yang akan dijadikan acuan dalam pelaksanaan kerjasama teknis (Technical Cooperation) pemanfaatan teknologi nuklir untuk tujuan damai.
General Conference IAEA ke-64 ini dijadwalkan ditutup pada 25 September 2020. (ATN)
Discussion about this post