ASIATODAY.ID, NUR-SULTAN – Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah Pertemuan Kelima Pemimpin Parlemen Negara-negara Eurasia yang akan diselenggarakan pada tahun 2020 mendatang.
Indonesia dipilih karena berbagai pertimbangan strategis. Selain capaian demokrasinya melalui pemilihan umum (Pemilu), populasi penduduk Indonesia juga jadi pertimbangan sehingga Indonesia dipandang bertanggungjawab menyelenggarakan pertemuan ini.
“Kami akan sampaikan kesanggupan terhadap penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah untuk pertemuan lanjutan pada 2020. Ini merupakan kepercayaan besar terhadap Indonesia dan juga menunjukkan Indonesia dipandang di mata internasional,” ujar Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon yang menjadi perwakilan delegasi Indonesia pada Pertemuan Keempat Pemimpin Parlemen Negara-negara Eurasia, di Nur-Sultan, Kazakhstan, Selasa (24/9/2019).
Pertemuan antarnegara Eurasia ini dimulai sejak tahun 2016. Pertama kali, kegiatan ini digelar di Moskow, Rusia dengan mengangkat tema “Inter-Parliamentary Cooperation for Joint Prosperity of Eurasian Countries in the 21st Century“. Pada 2017, pertemuan kedua digelar di Seoul, Korea Selatan dengan tema “Promotion of Inter-Parliamentary Cooperation for Common Prosperity in the Eurasian Region“.
Berlanjut pada tahun 2018, para pemimpin parlemen negara Eurasia berkumpul di Antalya, Turki membahas tema “Economic Cooperation, Environment and Sustainable Development in Eurasi“. Tahun ini, tema yang diusung adalah “Greater Eurasia: Dialogue, Trust, Partnership“.
Indonesia terpilih menjadi tuan rumah pertemuan tahun depan disepakati oleh perwakilan dari 50 negara.
Menurut Fadli, hal ini tidak bisa dilepaskan dari diplomasi parlemen yang selama ini dilakukan dan keaktifan Indonesia menjalin hubungan baik dengan salah satu negara inisiator yaitu Kazakhstan.
“Banyak negara yang menawarkan diri untuk jadi tuan rumah. Tapi sekitar 50 negara menyepakati agar Indonesia menjadi yang selanjutnya. Pengalaman Indonesia sebagai negara demokrasi dengan populasi yang besar menjadi perhatian internasional,” jelas Fadli.
Dalam sidang MSEAP kali ini, Fadli Zon didampingi oleh lima anggota DPR, yaitu Evita Nursanty (PDIP), Achmad Farial (PPP), Wiryanti Sukamdani (PDIP), Putu Supadma Rudana (Demokrat), dan Nurhayati Ali Assegaf (Demokrat).
Sidang MSEAP ke-4 ini diikuti oleh delegasi dari 65 negara serta 13 organisasi internasional. Tema sidang MSEAP kali ini adalah “Dialog, Kepercayaan, Kerjasama”.
Dalam sambutannya, Presiden atau Bapak Bangsa Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev menyampaikan pentingnya keterlibatan anggota parlemen dalam mengatasi krisis dan konflik global.
Menurutnya, anggota parlemen harus bisa mempengaruhi pemerintah dalam mendorong terjadinya dialog politik demi peradaban masa depan.
“Saya sepenuhnya setuju dengan Presiden Nazarbayev yang menyeru kekuatan-kekuatan global seperti Uni Eropa, Rusia, China, dan Amerika untuk membangun dialog dan kerjasama demi terciptanya perdamaian global,” yerang Fadli.
Disamping itu, Indonesia juga mengkampanyekan isu yang sama di berbagai forum.
“Itu sebabnya Indonesia sangat concern, misalnya terhadap isu Palestina, atau Rohingya. Sebab, sulit membayangkan bisa terjadi perdamaian jika tidak ada penyelesaian atas isu-isu tadi,” imbuhnya.
Di sela-sela sidang, Fadli juga melakukan pertemuan bilateral dengan ketua delegasi sejumlah negara, seperti H.E. Askar Shakirov (Wakil Ketua Parlemen Kazakhstan).
Fadli juga melakukan Bilateral Meeting dengan HoD Korea Selatan, Mr. Heesan Moon, Speaker of National Assembly. Pertemuan bilateral berlangsung di Palace of Independence.
Bilateral meeting juga dilakukan dengan H.E. Masood Pezeshkian, First Vice Speaker parlemen Iran. Pertemuan bilateral dengan H.E. Mustafa Sentop, Ketua Parlemen Turki.
Fadli juga menerima pertemuan bilateral dengan H.E. Ahmed bin Abdulla Al-Mahmoud, Speaker of the Sura Council of the State of Qatar.
“Diplomasi parlemen adalah bagian dari ‘first track diplomacy’. Artinya, di panggung kerjasama Internasional tidak ada perbedaan sikap antara DPR dengan pemerintah,” jelasnya.
“Kami sama-sama mendukung kepentingan nasional, termasuk dalam forum MSEAP ini. Kita ingin agar melalui MSEAP ini kepentingan Indonesia, terutama terhadap negara-negara Asia dan Eropa, bisa terjembatani dengan baik,” tandasnya. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post