ASIATODAY.ID, JAKARTA – Sebagai Presidensi G20, Indonesia akan mendorong isu transisi energi mewujud pada aksi nyata pada KTT G20 mendatang. Salah satunya, menjadikan Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) sebagai proyek kerjasama dalam G20.
“Program CCUS dalam G20 menunjukkan keseriusan negara kita dalam menjaga lingkungan. Ini merupakan salah satu konsekuensi sebagai negara yang telah meratifikasi Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji dikutip siaran pers, Kamis (27/1/2022).
Menurut Tutuka, untuk mewujudkan agar CCUS dapat menjadi salah satu proyekkerja sama di G20, Indonesia harus menjalin kerjasama multilateral dengan anggota G20 lainnya.
Untuk diketahui, G20 beranggotakan 19 negara ditambah Uni Eropa (EU). Negara-negara tersebut adalah Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, China, Turki dan Uni Eropa.
“Indonesia memang telah menjalin kerjasama dengan Jepang. Tapi itu tidak cukup. Diperlukan kerja sama dengan negara-negara lain agar skalanya lebih besar,” ungkap Tutuka.
Tutuka mengusulkan negara-negara yang perlu digandeng lantaran telah memiliki pengalaman terkait CCUS adalah Kanada dan Amerika Serikat.
“Kita masih cukup punya waktu untuk menjalin kerja sama multilateral agar CCUS dapat menjadi salah satu proyek kerja sama di G20,” tambahnya.
Presidensi G20 mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger”. Melalui tema ini, Indonesia mengajak seluruh dunia untuk bersama-sama mencapai pemulihan yang lebih kuat dan berkelanjutan.
Rangkaian Pertemuan G20 Presidensi 2022 berjumlah 150 events yang terdiri dari Pertemuan Working Groups, Engagement Groups, Deputies/Sherpa, Ministerial, dan KTT G20, serta Side Events.
“Isu CCS/CCUS akan menjadi salah satu topik bahasan dalam Side Events G20 tahun ini,” imbuhnya. (ATN)
Discussion about this post