ASIATODAY.ID, NAGOYA – Dunia menunggu contoh yang diberikan negara anggota G20 mengenai perdagangan bebas dan adil serta tata kelola global.
“Dunia menunggu hasil yang dibahas dalam pertemuan ini,” terang Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pertemuan Menlu G20 di Nagoya, Jepang, Sabtu 23 Nopember 2019.
Dalam pertemuan yang dihadiri Menlu 20 negara anggota ekonomi terbesar di dunia itu, Menlu Retno menyampaikan dua hal utama terkait tata kelola dan perdagangan global dewasa ini.
Pertama, Indonesia menegaskan relevansi perdagangan bebas dan adil di tengah instabilitas dunia, meningkatnya tensi perdagangan dan geopolitik serta melemahnya pertumbuhan global.
“Perdagangan global harus mengedepankan pendekatan Win-Win, bukan Zero Sum,” tutur Menlu Retno, dalam keterangan tertulis Kemenlu RI.
Indonesia senantiasa berkomitmen untuk mendorong perdagangan bebas dan adil. Komitmen tersebut diwujudkan Indonesia untuk terus menjembatani penyelesaian perjanjian perdagangan bebas, dan di saat yang sama menyelesaikan berbagai perjanjian perdagangan bebas dengan berbagai negara.
Kedua, Indonesia menekankan pentingnya kepemimpinan global untuk mewujudkan tata kelola dunia saat ini.
“Forum G20 harus menjadi platform dan model bagi kepemimpinan global. Kepemimpinan global harus memperkuat nilai-nilai multilateralisme yang dapat mendorong perdamaian, stabilitas dan kemakmuran dunia,” sebut Menlu RI.
Selain dua hal tersebut, Menlu Retno juga menggarisbawahi pentingnya membangun kemitraan tulus dengan Afrika. Kemitraan yang saling menguntungkan dan komitmen untuk tumbuh bersama dengan negara Afrika adalah bentuk kerja sama yang harus dikembangkan dengan Afrika. “Kita harus mendukung penuh solusi yang berasal dari Afrika,” jelas Menlu Retno.
Bagi Indonesia, Kawasan Afrika adalah salah satu prioritas Politik Luar Negeri Indonesia. Pada 2018, Indonesia menggelar Indonesia-Africa Forum dan dilanjutkan dengan Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue tahun ini. Hal tersebut dilakukan untuk membangun hubungan ekonomi dan pembangunan yang saling menguntungkan dengan negara Afrika, khususnya dalam bidang infrastruktur.
Di sela-sela pertemuan G20, Menlu Retno juga melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Selandia Baru, Jepang, Australia, Chile, Belanda, Menteri Urusan Persemakmuran, PBB dan Asia Selatan Inggris dan Gubernur Prefektur Aichi.
Menlu Retno membahas kerja sama ekonomi dan investasi dengan negara-negara tersebut, dan menyampaikan prioritas Pemerintahan Presiden Joko Widodo periode kedua yang menekankan pada pembangunan sumber daya manusia dan keberlanjutan pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Khusus dengan Menlu Jepang, Menlu Retno menekankan pentingnya kerja sama untuk memperkuat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) guna memperluas akses produk kelapa sawit Indonesia dan turunannya di Jepang, serta mendorong masuknya tenaga kerja terampil RI untuk mengisi kebutuhan di Negeri Sakura.
Pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri G20 merupakan pertemuan penutup dari Presidensi Jepang di G20 Tahun 2019. Setelah Jepang, Presidensi G20 secara berturut-turut akan dipegang oleh Arab Saudi (2020), Italia (2021), India (2022) dan Indonesia (2023). Arab Saudi telah mengumumkan bahwa pertemuan Sherpa G20 di bawah Presidensi Arab Saudi akan diselenggarakan di Riyadh, 4-5 Desember 2019.
G20 merupakan forum kerja sama negara-negara besar yang secara kolektif mewakili 85 persen GDP dunia, 75 persen perdagangan global dan 2/3 penduduk dunia. G20 beranggotakan 19 negara, yakni Amerika Serikat, Afrika Selatan, Argentina, Australia, Brazil, China, Kanada, Jepang, Jerman, India, Indonesia, Italia, Korea Selatan, Meksiko, Perancis, Rusia, Saudi Arabia, Turki dan 1 Kelompok Regional Uni Eropa. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post