ASIATODAY.ID, PHNOM PENH – Indonesia mendorong kemitraan ASEAN dengan Australia, Selandia Baru dan Uni Eropa (UE) yang lebih konkret dan berbasis kepercayaan demi stabilitas di kawasan Indo Pasifik.
“Australia adalah mitra dialog pertama dan juga Mitra Strategis Komprehensif bagi ASEAN. Hal ini terjadi bukan karena kedekatan geografis antara negara ASEAN dan Australia, namun merupakan bentuk kepercayaan bahwa Australia dapat menjadi mitra yang terpercaya dalam menghadapi berbagai tantangan bersama”, kata Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi dalam pertemuan ASEAN-Australia Ministerial Meeting, di Phnom Penh, Kamis (4/8/2022).
Kerja sama yang kuat dan konkret yang didasarkan pada kepercayaan juga diharapkan di lakukan di Indo Pasifik.
Menlu Retno menyampaikan bahwa sebagai salah satu wujud upaya untuk mengonkretkan kerja sama, maka Indonesia akan menyelenggarakan Indo-Pacific Infrastructure Forum, pada saat Indonesia akan menjadi Ketua ASEAN tahun 2023.
Lebih lanjut Menlu Retno menyampaikan bahwa terdapat tiga hal yang penting untuk dilakukan agar kemitraan di Indo Pasifik dapat menciptakan perdamaian dan kemakmuran, yaitu:
Pertama, pentingnya mengubah defisit kepercayaan menjadi kepercayaan strategis (strategic trust).
Kedua, terus mempromosikan penghormatan terhadap hukum internasional. Dalam kaitan ini, nilai dan norma dalam Treaty of Amity and Cooperation (TAC) serta Bali Principles, penting untuk terus dihormati; dan
Ketiga, kerja sama inklusif. Indonesia percaya bahwa inklusivitas akan merupakan dasar bagi munculnya kepercayaan. Kelompok-kelompok minilateral diharapkan dapat menjadi pijakan guna mendukung ASEAN-led mechanisms.
Terakhir, Menlu Retno juga mengharapkan bahwa Australia dapat menjadi jembatan dan mitra bagi pengembangan kerja sama dengan negara-negara Pasifik Selatan.
Dalam pertemuan kali ini, ASEAN dan Australia menyepakati Rencana Aksi Kemitraan Strategis Komprehensif.
Australia memberi komitmen sebesar AUD 154 juta untuk pembiayaan berbagai kegiatan di bawah Rencana Aksi tersebut, termasuk transisi ke teknologi rendah emisi, transformasi digital serta penguatan Pusat ASEAN untuk Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dan Penyakit Baru (ACPHEED).
ASEAN-Selandia Baru
Sebagai powerhouse di Pasifik Selatan, Selandia Baru diharapkan dapat menjadi jembatan bagi ASEAN dengan negara-negara Pasifik Selatan. Itulah yang disampaikan Menlu Retno dalam Pertemuan Menlu ASEAN-Selandia Baru yang diselenggarakan di Phnom Penh, Kamis (4/8/2022).
Kemitraan ASEAN-Selandia Baru diharapkan akan:
Pertama, menjadi pijakan (building blocks) bagi terciptanya perdamaian dan stabilitas di Pasifik. Oleh karena itu, kemitraan ASEAN-Selandia baru harus diarahkan untuk memperkuat kepercayaan strategis, meningkatkan spirit kolaborasi dan memperkokoh penghormatan terhadap prinsip kedaulatan dan integritas wilayah.
Kedua, memperkuat kerja sama pembangunan dengan Pasifik Selatan. “Banyak sekali kerja sama yang dapat dilakukan antara ASEAN dengan Selandia Baru di Pasifik Selatan, termasuk kerja sama mengatasi tantangan polusi (marine pollution), perubahan iklim dan penanggulangan bencana alam,” kata Menlu Retno.
Untuk memperkuat kerja sama dengan negara-negara di Pasifik Selatan, Indonesia akan menyelenggarakan Indonesia-Pacific Forum for Development (IPFD) akhir tahun ini. Forum ini diharapkan akan memperkuat kerja sama ekonomi dan pembangunan dengan negara-negara Pasifik. Indonesia mengundang Selandia Baru untuk mendukung kegiatan ini.
ASEAN – Uni Eropa
Indonesia menyampaikan perlunya kemitraan ASEAN-Uni Eropa yang lebih adil dan saling percaya. Hal ini ditegaskan Indonesia dalam pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri antara ASEAN dan Uni Eropa.
Pada pertemuan dimaksud, delegasi Uni Eropa dipimpin oleh High Representative/Vice President Josep Borrell Fontelles.
Rencana penyelenggaraan KTT peringatan 45 tahun kerja sama ASEAN – Uni Eropa akhir tahun ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk merefleksikan komitmen ini ke depan.
Sebagai mitra penting, Indonesia menyuarakan pentingnya membangun perdagangan produk pertanian dengan Uni Eropa yang adil dan tidak diskriminatif, terutama dalam perdagangan yang minyak nabati.
Indonesia juga mengajak UE untuk memajukan semangat perdamaian, di tengah meningkatnya persaingan negara besar. Strategi UE di Indo-Pasifik harus menjadi menjadi pijakan (building block) untuk mendorong perdamaian, stabilitas dan kesejahteraan kawasan.
Dalam Pertemuan, ASEAN-UE menyepakati Rencana Kerja untuk implementasi kemitraan strategis periode2023-2027. Melalui Dokumen tersebut, ASEAN dan UE berkomitmen untuk mendukung peningkatan kesiapan terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat. Selain itu, ASEAN-UE juga sepakat untuk melanjutkan dialog terkait isu minyak nabati secara holistik dan transparan. (ATN)
Discussion about this post