ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman menggandeng perguruan tinggi Australia dalam pengembangan ekonomi biru.
Perguruan tinggi tersebut yakni University of Tasmania (UTAS), Australia Maritime College (AMC) dan Institute for Maritime and Antarctic Studies.
Sebagai langkah awal dalam kemitraan itu, Kemenko Maritim bersama Australia menginisiasi Workshop dengan menghadirkan berbagai stakeholder untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bagi Pembangunan Ekonomi Biru Indonesia.
“Negara-negara anggota PEMSEA (Partnership in Environmental Management for the Seas of East Asia) menyepakati Laut sebagai sebuah opportunity and new frontier masa depan bagi kesejahteraan, segudang potensi untuk mendorong pertumbuhan, lapangan kerja dan inovasi serta peluang global seperti food security, perubahan iklim, energi, air, obat-obatan dan lainnya” jelas Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Bidang Sosio-Antropologi Tukul Rameyo Adi melalui siaran pers, di Jakarta, Kamis (29/8/2019).
Tukul Rameyo menyebutkan, saat ini terdapat dua langkah inisiatif yang kini sedang ditindaklanjuti oleh PEMSEA yaitu pengembangan metodologi penghitungan ekonomi kelautan dan diterapkan pada negara-negara anggota untuk perbandingan. Inisiatif kedua adalah dari komunitas PEMSEA sendiri yang juga mencoba untuk membentuk beberapa kegiatan prioritas sebagai showcase blue economy.
“Ini mungkin bisa menjadi bahan kerjasama di bidang peningkatan SDM. Disini memang fokus pada emerging industry including energy, sea water desalination; fisheries and aquaculture, ecotourism, shipping and port. Dan Indonesia juga masuk di beberapa bidang tersebut,” jelasnya.
Dikaitkan dengan peningkatan SDM bagi pembangunan blue economy atau ekonomi biru kemampuan utama yang perlu dibangun adalah pengetahuan atau knowledge melalui riset.
“Ini tentunya membutuhkan partnership, mudah-mudahan salah satu mitra kita adalah nantinya akan semakin kuat dengan kerjasama Indonesia-Australia terutama salah satunya dengan University of Tasmania. Selain itu kita juga butuh meningkatkan kemampuan pengelolaan, dan yang lebih jauh lagi adalah peningkatan kemampuan monitoring dan observasi dan sebagainya untuk laut Indonesia,” tegasnya lagi.
Pada kesempatan yang sama, Asisten Deputi Bidang Pendidikan dan Pelatihan Maritim Kemenko Bidang Kemaritiman TB Haeru Rahayu menjelaskan alasan dari diselenggarakannya kegiatan itu.
“Ini sebetulnya tindaklanjut dari apa yang sudah ditandatangani dua atau hampir tiga tahun yang lalu oleh Menteri Luar Negeri kita dan kami menjalankan mandatnya dan wokshop ini bertujuan untuk mendiseminasikan riset terkini, juga bagaimana Kemenko Maritim mencoba memfasilitasi terkait dengan pengembangan SDM, di dalamnya tentunya adalah kita mencoba mendukung bagaimana poros maritim dunia ini ke depan bisa terimplementasi. Tetapi kali ini pendekatannya adalah Blue Economy.” ujarnya. (AT Network)
Discussion about this post