ASIATODAY.ID, JAKARTA – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) bersama dengan Lembaga Riset Internasional Marine Technology Cooperation Research Center (MTCRC) Korea-Indonesia melakukan kerja sama dalam mendukung restorasi terumbu karang atau ICRG (Indonesia Coral Reef Garden) di Bali. Kegiatan ini sebagai salah satu langkah Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di Bali akibat pandemi COVID-19.
“Kolaborasi/kerja sama ini bermakna dan simbolis. PEN-ICRG adalah ikon restorasi karang terbesar di Indonesia. Kami akan menarik sekitar 11.000 pekerja dan akan menghasilkan pariwisata Bali, ”kata Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Safri Burhanuddin, Senin (30/11/2020).
Deputi Safri menjelaskan, Pemerintah Indonesia telah melangkah untuk memulihkan perekonomian di Bali yang terkena dampak virus corona salah satunya melalui PEN-ICRG.
Dalam hal ini, sekitar 11.000 pekerja akan dilibatkan untuk menciptakan lingkungan laut di mana ikan akan berenang bebas melalui terumbu karang yang selaras dengan pemandangan bawah laut yang jernih.
“Program ini diharapkan menjadi ambisi Indonesia untuk menjadikan Bali sebagai objek wisata terbaik dan upaya untuk memulihkan lingkungan alam. Selain itu, program tersebut juga telah menarik perhatian pada kemajuan yang telah dicapai pemerintah untuk memperoleh kerjasama internasional dengan Korea untuk menciptakan lebih banyak peluang dan ruang untuk pemulihan dan pembangunan ekonomi,” jelasnya.
Sementara itu, Deputi Safri, Kepala Bidang Pengelola Konservasi Perairan dan Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil Kemenko Marves Andreas A Hutahaean menjelaskan kembali bahwa PEN-ICRG sendiri merupakan pusat rehabilitasi terumbu karang yang menyinergikan unsur ilmiah dan sosial ekonomi dalam restorasi terumbu karang untuk konservasi dan pemanfaatan secara berkelanjutan melalui Edu-Eco Wisata.
“Program tersebut bertujuan untuk memulihkan ekosistem laut dan menghidupkan kembali wisata bahari di Provinsi Bali karena Bali sangat bergantung pada kegiatan pariwisata. Oleh karena itu perlu diadakan survey batimetri untuk melihat topografi dasar laut agar kita bisa melihat dengan benar, lokasi transplantasi karang, ”ujarnya.
Sementara itu, sebagai pelaksana kegiatan penelitian dan survei, Korea-Indonesia MTCRC sendiri merupakan lembaga penelitian internasional di bidang ilmu dan teknologi kelautan antara pemerintah Korea dan Indonesia untuk memperkuat dan mempromosikan kerjasama praktis di bidang ini.
“Sains dan teknologi adalah elemen kunci pembangunan nasional. Kami sangat senang dapat berkontribusi bagi pembangunan Indonesia melalui kerjasama ilmu pengetahuan dan teknologi maritim Korea, kami menantikan kerjasama yang lebih banyak lagi kedepannya,” kata Co-Director MTCRC Korea Dr. Hansan Park.
Dalam kerjasama ini, MTCRC telah melakukan survei kelautan yang terdiri dari survei batimetri, data fisik oseanografi, studi dasar laut, dan data kualitas air. Survei batimetri dilakukan untuk mengukur kedalaman perairan yang akan dijadikan lokasi restorasi terumbu karang dan lokasi penenggelaman kapal perang. Survei dasar laut dilakukan untuk mengetahui topografi dan profil dasar laut. Hal ini penting dilakukan mengingat dalam menentukan lokasi penenggelaman kapal perang diperlukan informasi mengenai profil dasar laut.
Sedangkan data fisik oseanografi dan data kualitas air digunakan sebagai data pendukung. Hasil survei ini berupa peta rekomendasi yang berisi informasi tentang kedalaman dan profil dasar laut.
Survei akan dilengkapi dengan berbagai alat dan perlengkapan MTCRC yaitu Multibeam Echosounder, Single Beam Echosounder, CTD, Grab Sampler, Tide Gauge, Drone, dan Kapal ARA.
Kapal ARA sendiri merupakan kapal yang dioperasikan oleh MTCRC yang digunakan untuk kegiatan penelitian dan eksplorasi kelautan. Kapal ini memiliki panjang 12 meter dengan kapasitas 12 orang termasuk awak kapal dan nahkoda. (ATN)
Discussion about this post