ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) fokus membangun akuakultur yang berbasis ekonomi biru, dengan melibatkan perguruan tinggi, salah satunya Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung.
Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu, potensi laut Indonesia luar biasa yang bisa dikembangkan dengan tidak merusak ekosistem laut, tetap sehat dan bisa dinikmati oleh anak cucu secara berkelanjutan.
Potensi laut di Indonesia sangat luas yaitu mencapai 6,8 juta kilometer persegi. Sementara, untuk potensi lahan total untuk perikanan budidaya saja Indonesia memiliki 17,8 juta hektar, meliputi potensi lahan budidaya laut, payau dan air tawar.
Artinya Indonesia bisa melakukan berbagai pengembangan perikanan budidaya untuk komoditas unggulan, diantaranya komoditas yang berorientasi ekspor seperti udang, lobster, rumput laut, dan kepiting.
“Dan empat komoditas tersebut memiliki nilai pangsa pasar dunia yang tinggi, contohnya udang, sebagai komoditas perikanan yang diminati di pasar global dan menempati posisi di nomor dua setelah salmon. Tahun 2021 data sementara, dikutip dari BPS yang diolah Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, nilai ekspor Indonesia untuk udang sebesar 2.229 juta USD. Sementara untuk rumput laut nilai ekspor Indonesia sebesar 345 juta USD,” papar Tebe, saat berbicara dalam Talk Show yang diselenggarakan Universitas Padjadjaran dengan tema “Laut Kita Hidup Kita”, dikutip Rabu (1/9/2022).
Saat ini, KKP memiliki target percepatan implementasi pembangunan ekonomi biru, pemerintah dalam hal ini KKP terus bersinergi dengan berbagai pihak salah satunya para akademisi, seperti dengan Universitas Padjajaran.
Menurutnya, pemerintah dalam mengeluarkan produk regulasi harus berlandaskan pada kajian ilmiah (scientific based) dan tentunya juga harus berdasarkan data, sehingga sangat diperlukan sinergi dengan para akademisi.
Percepatan implementasi pembangunan ekonomi biru membutuhkan dukungan sumber daya manusia yang andal, profesional, berintegritas, serta mampu melakukan pembaharuan atau inovasi hasil riset dari para akademisi.
“Jika kami mendapatkan dukungan dari perguruan tinggi secara kontinu, maka kami akan memiliki kebijakan yang tepat, dengan demikian akan menghasilkan produk perikanan budidaya yang berkualitas. Ujungnya, akan memberikan kemaslahatan bagi anak bangsa, kemakmuran bagi pembudidaya, dan menciptakan lapangan kerja. Dan tentunya berkontribusi pada devisa, pajak dan pendapatan negara,” tukas Tebe.
Seperti halnya pada kegiatan budidaya rumput laut yang merupakan kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, dengan menerapkan prinsip ekonomi biru. Terbukti merupakan budidaya yang rendah emisi karbon, karena rumput laut menyerap karbon dioksida melalui proses fotosintesis.
Tebe juga menyampaikan guna mengimplementasikan konsep ekonomi biru, KKP telah memiliki lima strategi kebijakan antara lain memperluas wilayah konservasi dengan target 30% dari luas laut Indonesia, penangkapan ikan terukur (PIT) berbasis kuota dan zona penangkapan ikan, pengembangan budidaya laut, pesisir, dan air tawar, penanganan sampah laut dengan nilai ekonomi sampah laut dan penataan pemanfaatan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil.
“Memperluas wilayah konservasi dengan target 30% dari luas laut Indonesia, ini menjadi penting karena dengan konservasi yang bagus, nantinya stok ikan juga akan meningkat dan tentunya laut kita semakin sehat”, tutur Tebe.
Sementara itu, Rektor Universitas Padjajaran (Unpad), Prof Rina Indiastuti menyampaikan “laut kita merupakan hidup kita, laut Indonesia memang memiliki potensi yang sangat besar. Sehingga dengan demikian isu yang berkembang adalah bagaimana cara mempertahankan kesehatan laut melalui berbagai riset, bagaimana cara menjaganya agar tetap sustainability,”.
Untuk menjawab hal tersebut, Unpad memiliki beberapa riset seperti marine bioremediasi untuk menjaga kesehatan laut, selain itu riset tentang keanekaragaman biota laut, agar laut tetap terjaga dan lestari.
“Selain itu, Unpad juga mengedepankan program ketahanan pangan, khususnya ikan. Kami juga melakukan riset dan inovasi seperti teknik budidaya kerapu cantang, bawal bintang, dan lobster di Pangandaran. Dengan memiliki laboratorium laut yang cukup luas, serta dibimbing oleh para dosen dan peneliti yang berkompeten, harapannya bisa mengembangkan budidaya laut yang sehat dan dapat diaplikasi oleh masyarakat pembudidaya,” tukas Prof Rina. (ATN)
Discussion about this post