ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia dinilai bisa memainkan peran kunci dalam meredam pecahnya Perang Dunia (PD) III dari konflik Iran-Amerika Serikat (AS) yang saat ini kian menajam.
Pasalnya, kedua negara yang tengah bertentangan menyusul terbunuhnya Jenderal Qassem Soleimani oleh militer AS Jumat lalu, merupakan mitra strategis Indonesia.
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana memandang, Indonesia punya kesempatan untuk menyetop potensi meluasnya konflik AS dan Iran. Indonesia bisa mengusulkan sidang darurat Dewan Keamanan (DK) PBB atas kapasitasnya sebagai anggota tidak tetap sejak Januari lalu.
“Indonesia bisa mengusulkan sidang darurat mengenai permasalahan ini, karena permasalahan ini berpotensi mengganggu perdamaian dan keamanan dunia,” kata Hikmahanto saat dihubungi Selasa (07/01/2020).
“Indonesia tercatat sebagai anggota tidak tetap di Dewan Keamanan PBB, kenapa tidak kita menyampaikan usulan tersebut diagendakan untuk dibahas,” imbuhnya.
Hikmahanto menyadari AS bisa saja melakukan veto terhadap keputusan resolusi DK PBB, namun ia menyebut tetap perlu ada usaha membawa kasus ini ke DK PBB dalam konteks memberikan rasa keadilan ke Iran. Langkah itu disebut bisa membantu menenangkan situasi demi mencegah konflik lebih besar seperti Perang Dunia III.
Apabila Indonesia memutuskan membahas penyerangan Jenderal Soleimani di PBB, maka ada kemungkinan AS melakukan protes. Namun, Hikmahanto menyebut Indonesia tidak perlu waswas, sebab Indonesia berhak bertindak karena merupakan anggota tidak tetap DK PBB.
“Konteksnya adalah kita sebagai anggota Dewan Keamanan PBB, jadi ini sebenarnya mekanisme yang ada di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Konteksinya bukan Indonesia mengajukan ini tapi kita anggota DK boleh mengusulkan. Jadi tidak perlu kemudian nanti AS akan melakukan tindakan atau kita khawatirkan AS akan melakukan tindakan kepada Indonesia,” tegas Hikmahanto.
Pro dan Kontra di Internal AS
Peran masyarakat internasional dinilai penting untuk deeskalasi politik dan mencegah perang dunia III. Hikmahanto juga menyebut Donald Trump mendapat kritikan dari dalam negeri atas penyerangan ini.
“Kecil kemungkinan (Perang Dunia III) karena masih banyak upaya yang bisa dilakukan terutama oleh masyarakat internasional,” ujar Hikmahanto.
“Belum lagi di dalam negeri Amerika Serikat mungkin saja Trump akan mendapat kecaman, dan itu akan membuat Trump bisa saja turun dari jabatannya sebagai presiden,” lanjutnya.
Donald Trump tidak memberi tahu senator dan DPR AS sebelum menyerang Soleimani. Keputusan Trump menyerang Soleimani mendapat kecaman dari Partai Demokrat selaku oposisi, namun pujian dari Partai Republik.
Mantan pesaing Donald Trump saat Pilpres 2016, Senator Ted Cruz dan Senator Marco Rubio tegas membela serangan terhadap Soleimani. Rubio berkata sebelum penyerangan, Soleimani sedang mengkoordinasikan penyerangan terhadap AS.
“Faktanya adalah Soleimani menghabiskan beberapa hari terakhir berpergian di Timur Tengah untuk mengkoordinasi serangan Iran dan proksi-proksinya terhadap pasukan kita,” ujar Rubio seraya mengecam mantan wakil Presiden Joe Biden yang mengkritik Trump.
Beberapa politisi top Partai Demokrat mengkritik keputusan Trump menyerang Jenderal Soleimani karena berpotensi memperparah konflik di Iran sekaligus membuang anggaran untuk perang. Anggota DPR Ilhan Omar turut berkata bahwa aksi Donald Trump bisa berujung perang.
Namun, Senator Ted Cruz berkata justru pemerintahan Obama yang memasukan Soleimani ke daftar teroris.
“Berdasarkan Kementerian Pertahanan Obama, Qasem Soleimani adalah seorang teroris yang bertanggung jawab langsung atas pembunuhan lebih dari 500 prajurit AS. Mengapa anggota Kongres Demokrat marah atas kematiannya?” kata Ted Cruz. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post