ASIATODAY.ID, JENEWA – Tim Indonesia turut menghadiri Technical Expert Meeting for Establishing Health Emergencies Operational Readiness Training Hub di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jenewa, Swiss, Kamis (21/4/2022).
Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Rektor Unhan Laksamana Madya (Laksdya) Amarulla Octavian selaku ketua delegasi Indonesia memaparkan tentang pentingnya biodefense dalam upaya menghadapi pandemi, termasuk pandemi Covid-19, dan senjata pemusnah massal.
Turut hadir sebagai anggota delegasi Indonesia adalah pejabat Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) di Jenewa, Dekan Fakultas Farmasi Militer Unhan, Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Militer Unhan, Direktur Kesehatan Kementerian Pertahanan (Kemenhan), dan pejabat dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Pertemuan para ahli kesehatan sedunia tersebut juga diikuti delegasi dari Ethiopia (perwakilan dari Afrika), Norwegia (perwakilan dari Eropa), perwakilan WHO Asia Tenggara, dan perwakilan WHO Indonesia. Seluruh delegasi memaparkan kemajuan penanganan emergency medical readiness di negara masing-masing.
Para delegasi saling bertukar pengetahuan dan berbagi pengalaman dalam manajemen kesehatan pada situasi darurat ketika terjadi bencana dan pandemi.
Delegasi Indonesia juga memaparkan konsep pelatihan emergency medical team sebanyak 7 modul untuk diterima sebagai standar internasional.
Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes dinilai memegang peran penting dalam manajemen kesehatan di Indonesia.
Direktur WHO Emergency Preparedness Nedret Emiroglu mengatakan, kehadiran Pusat Krisis Kesehatan sangat penting untuk negara-negara di dunia dalam menghadapi pandemi.
Rektor Unhan Laksdya Amarulla Octavian memaparkan kesiapan Unhan menjadi Pusat Pelatihan Emergency Medical Team (EMT) sesuai standar WHO untuk kepentingan nasional dan regional.
Rektor Unhan juga mengulas pentingnya biodefense untuk mengantisipasi pandemi berikutnya atau mengatasi bahaya senjata pemusnah massal (weapon of mass destruction/WMD).
Menurutnya, biodefense merupakan kurikulum penting dalam pelatihan tim kedaruratan kesehatan nantinya.
“Biodefense memiliki komponen biointelligence dan biosecurity yang dapat dijabarkan dalam beberapa modul pelatihan,” ujar Laksdya Octavian.
Sebelum pertemuan tersebut, delegasi Indonesia mendapat kesempatan meninjau fasilitas EMT di Turin, Italia. Kesempatan tersebut dimanfaatkan untuk berdiskusi dengan para pakar terkait mekanisme dan prosedur pelatihan.
Sebagai tindak lanjut pertemuan di Jenewa, maka dalam waktu dekat tim WHO akan melakukan peninjauan fasilitas, sarana, dan prasarana di Unhan.
Pertemuan juga membahas kesempatan para kadet mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Militer dan Fakultas Farmasi Militer Unhan untuk melaksanakan penelitian bersama dengan para pakar kesehatan WHO. (ATN)
Discussion about this post