ASIATODAY.ID, JAKARTA – Sebuah kolaborasi di prakarsai oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bersama Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) didukung Pemerintah Denmark dalam mendorong inisiatif pengembangan strategi ekonomi sirkular di Indonesia.
Model ekonomi baru ini dipandang efektif meningkatkan pertumbuhan, menciptakan lapangan kerja, dan mengatasi perubahan iklim pada saat bersamaan.
Menurut Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, selama ini banyak industri dalam negeri yang hanya berorientasi pada cara-cara ekonomi linear.
Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk terus mengampanyekan penerapan ekonomi sirkular demi peningkatan nilai ekonomi. Dimana, ekonomi sirkular adalah pengembangan ekonomi dengan menggunakan sistem daur ulang untuk beberapa barang konsumsi.
“Saat ini sudah ada sistem ekonomi yang recycle. Beberapa pabrik air minum kemasan itu sudah menggunakan plastik yang di-recycle. Jadi sekarang orang memproduksi, mengkonsumsi, terus di-recycling lagi,” ujar Suharso melalui keterangan tertulisnya, Selasa (25/2/2020).
Strategi ekonomi sirkular diklaim telah berhasil dilakukan di beberapa negara, termasuk Denmark. Melalui inisiatif ini, Indonesia akan menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang mengadopsi strategi nasional ekonomi sirkular agar dapat meningkatkan daya saing dan menarik lebih banyak investasi swasta.
Strategi nasional bertujuan untuk memfasilitasi kemitraan yang erat antara sektor publik dan swasta dalam menerapkan ekonomi sirkular. Pengadopsian ekonomi sirkular juga akan mempercepat kemajuan lndonesia menuju ‘Tujuan Pembangunan Berkelanjutan’ yang menjadi komitmen pemerintah terhadap produksi berkelanjutan.
“Model ekonomi sirkular adalah kunci untuk mencapai nol polusi dan lingkungan yang bebas limbah beracun. Pemerintah Indonesia dengan senang hati menyambut inisiatif yang sangat dibutuhkan ini yang akan memudahkan transisi dari ekonomi berbasis sumber daya alam,” imbuhnya.
Suharso memandang, transisi ke ekonomi sirkular adalah langkah penting menuju pembangunan berkelanjutan. Dalam konteks ini, lndonesia harus mengambil langkah lebih cepat untuk mengurangi konsumsi sumber daya alam dan berpikir lebih cerdas dengan sumber daya yang telah digunakan.
“Sekarang ini ekonomi sudah menuju ke sana sehingga terjadi penghematan. Sekarang B3 juga bisa dimanfaatkan, bahkan limbah rumah sakit pun bisa dijadikan sesuatu yang punya nilai ekonomi yang tinggi,” jelas Suharso.
Menteri Lingkungan Denmark, Lea Wermelin mendukung penuh inisiatif ini.
“Kami sangat mengapresiasi lndonesia mengambil inisiatif ini untuk merumuskan strategi ekonomi sirkular. Kami juga senang Denmark dan UNDP dapat mendukung langkah pertama dalam transisi ini,” terang Wermelin.
Sementara itu, Resident Representative UNDP di Indonesia, Christophe Bahuet mengungkapkan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan terhadap transisi ke ekonomi sirkular bagi Indonesia. Upaya ini juga bisa menjadi aksi nyata bersama antara sektor publik dan swasta terhadap perubahan kebijakan, penciptaan peluang bisnis baru, serta penciptaan jenis pekerjaan baru.
“Inisiatif baru untuk ekonomi sirkular ini menggambarkan dimensi inovatif kemitraan antara UNDP dan Pemerintah Indonesia. Kami akan mengadopsi pendekatan komprehensif terhadap daur ulang limbah dan semua dimensi ekonomi, sosial serta lingkungan pada sirkular ekonomi sehingga Indonesia dapat memperoleh manfaat maksimal,” tandas Bahuet.
Potensi transisi ekonomi sirkular di Indonesia terjadi pada bidang makanan dan minuman, tekstil, konstruksi, perdagangan grosir, hingga eceran (plastik) dan elektronik. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post