ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian menargetkan tahun ini bisa mengekspor beras sebesar 500 ribu ton.
Untuk memenuhi target itu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo terus berupaya mencari terobosan salah satunya dengan menginisiasi program Komando Strategi Penggilingan Padi (Kostraling) yang melibatkan pelaku usaha penggilingan padi.
Menurut Syahrul, untuk merealisasikan program ini, Kementan tidak bisa bekerja sendiri namun membutuhkan keterlibatan kementerian/lembaga pemerintah lain, maupun swasta dari hulu hingga hilir, termasuk dengan para pengusaha penggilingan padi dan pengusaha beras nasional.
“Saya berharap seluruh pelaku usaha penggilingan padi dapat bergabung dengan Kostraling. Saya memberikan kesempatan pada pelaku usaha yang punya integritas untuk membantu dan berfungsi menjadi muara akhir dari ekosistem pertanian,” kata Syahrul melansir Antara, Selasa (14/01/2020).
Melalui Kostraling, Mentan mengajak para pelaku usaha penggilingan padi dapat bekerja sama dengan kelompok tani (poktan), khususnya yang pernah menerima alat Rice Milling Unit (RMU)/dryer agar saling bantu guna dapat menjaga kualitas produknya, termasuk dalam hal pemasarannya.
Syahrul menjelaskan salah satu faktor yang berpengaruh dalam pencapaian kualitas beras adalah kadar air, derajat sosoh (warna keputihan beras), banyaknya beras pecah dan rasa.
Kualitas beras tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh penanganan pascapanen termasuk yang dilakukan dengan alat penggiling atau RMU maupun dengan alat pengering yang biasanya dikelola oleh pengusaha penggilingan bekerja sama dengan petani/poktan/gapoktan.
Syahrul menjelaskan, Kostraling sebagai penanggung jawab dan penyangga di bidang pangan seiring dengan rencana Mentan yang akan mengekspor beras ke berbagai negara.
Tiga agenda utama yang akan dijalankan Kostraling antara lain, agenda Quick Wins yaitu agenda untuk penyerapan padi dan gabah pada Maret.
Kemudian, Kostraling menyiapkan penguatan sistem dan terakhir, yaitu mempersiapkan semua wilayah memiliki alat penggiling atau RMU.
Dalam kesempatan sama, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menambahkan industri penggilingan harus siap dan sanggup menyerap gabah petani serta memperbanyak lagi gudang-gudang di penggilingan padi.
“Kementan memiliki program Quick Wins, di mana penggilingan bermitra dengan petani dan konsumen. Pasokan berkelanjutan menjadi hal yang paling utama,” kata Suwandi.
Suwandi menyebutkan ada kerja sama dengan penggilingan padi untuk ekspor beras 300 ribu ton 2020 ini. Para pihak akan menindaklanjuti dengan membangun nota kesepahaman.
“Pangsa ekspor yang yang potensial di Timur Tengah, Papua Nugini,” tandas Suwandi. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post