ASIATODAY.ID, JAKARTA – Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha memastikan target Indonesia untuk mencapai net zero emission masih on the track.
Indonesia sudah tidak lagi bicara konsep tetapi sudah berupa aksi nyata.
“Kita tidak lagi berbicara konsep tetapi sudah detail dan itu nanti akan disampaikan pada negara-negara anggota G20,” kata Satya dalam perbincangan dengan Asiatoday, belum lama ini.
Indonesia ditunjuk menjadi Presidensi G20, dimana pertemuan tingkat tingginya akan digelar di Bali pada 30-31 Oktober 2022.
Menurut Satya, sumber emisi terbesar di Indonesia sebenarnya lebih besar dari perubahan lahan. Setelah itu menyusul dari sektor energi.
“Tetapi kalau kita melihat potensi emisi ke depannya yang paling besar adalah dari sektor energi,” katanya.
Setelah tahun 2030, pekerjaan rumah bangsa Indonesia adalah mengurangi emisi karbon dari sektor energi.
“Jadi kalau kita lihat tahun 2021 sampai tahun 2030 adalah fase dekarbonisasi, proses pemulihan ekonomi menuju transformasi ekonomi dan energi hijau,” ujar mantan Wakil Ketua Komisi VII DPR-RI ini.
“Tahun 2030 sampai tahun 2045 itu adalah fase desentralisasi, kemudian 2045 sampai 2060 adalah fase digitalisasi. Itu adalah net zero emission setelah tahun 2060,” tambahnya.
“Jadi untuk energi ramah lingkungan, energi hijau, Indonesia sudah on the track. Sangat on the track karena kita perencanaannya sangat bagus, tinggal implementasinya memang cukup fluktuatif karena berbagai faktor seperti pertumbuhan ekonomi dan juga pandemi,” katanya.
“Tapi apakah kita punya perencanaan, kita sangat-sangat punya, ini akan kita tonjolkan dalam pertemuan G20,” ujar Satya.
Energi Nuklir
DEN juga, kata Satya, telah memasukkan energi nuklir ke dalam agenda masa depan dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT).
“Kita sepakati dan Presiden juga mengharapkan coba dipikirkan nuklir walaupun nanti nuklirnya bisa mencari tempat yang lebih aman,” kata Satya.
Menurut Satya, lembaga yang bertanggung jawab dalam pengembangan energi nulir untuk listrik berada di bawab lembaga bernama Nuclear Energy Program Implementation Organization (NEPIO).
“Institusinya sudah siap diketok menteri yang namanya NEPIO” katanya.
“Diharapkan lembaga ini dapat mengakselerasi program pengembangan tenaga nuklir untuk bisa cepat dan ini satu kemajuan,” ujarnya.
Menurut Satya, nuklir potensi menghasilkan kapasitas energi yang sangat besar.
“Ketika nanti pertumbuhan ekonominya sudah bagus, industrinya berkembang sementara kita berusaha menekan fosil, maka yang bersih adalah energi barunya tenaga nuklir. Makanya nuklir harus menjadi salah satu prioritas,” paparnya. (ATN)
Discussion about this post