ASIATODAY.ID, JAKARTA – Perusahaan yang berbasis di Australia, Sun Cable siap membangun kabel bawah laut yang menghantarkan energi listrik dari Australia ke Singapura. Proyek bertajuk Australia-Asia PowerLink tersebut akan melewati sebagian wilayah perairan Indonesia.
Sun Cable berkomitmen akan menginvestasikan USD2,5 miliar atau setara Rp 35,5 triliun di Indonesia. Proyek ini rencananya akan mulai berjalan pada 2024 dan diharapkan akan selesai pada 2028 mendatang.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan menyambut antusias investasi tersebut. Ia bahkan mendorong agar investasi ini bisa berkelanjutan kedepannya, dimana diharapkan ada investasi lanjutan setelah proyek Australia-Asia PowerLink ini selesai.
“Pemerintah Indonesia menyambut baik investasi ini. Kita berharap proyek ini bisa berkelanjutan dan memberikan dampak signifikan kepada industri di indonesia,” terang Luhut saat konferensi pers, Kamis (23/9/2021).
Luhut mengaku kaget saat mendengar rencana awal proyek ini, sebab proyek ini akan membentangkan kabel listrik dari Darwin, Australia ke Singapura sekitar 4.200 kilometer dan ini terpanjang di dunia.
“Investasi ini harus menjadi gerbang untuk membuka arus investasi yang lebih besar kedepannya antara Australia dan Indonesia,” imbuh Menko Luhut.
Menko Luhut menegaskan, dukungan Indonesia terhadap proyek ini menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki perhatian besar terhadap pembangunan energi baru dan terbarukan (EBT).
Sementara itu, CEO Sun Cable, David Griffin mengungkapkan bahwa investasi senilai USD2,5 miliar akan memberi manfaat langsung untuk Indonesia, sebab proyek ini akan menggunakan berbagai bahan yang bisa mendorong keterlibatan industri manufaktur di Indonesia.
“Investasi kami senilai USD2,5 miliar ini akan terbagi dua model, dimana USD1 miliar untuk procurement dan sisanya untuk kelangsungan selama proyek berjalan,” jelasnya.
Investasi USD1 miliar untuk procurement tersebut kata David, termasuk dalam persiapan komponen manufaktur yang ada di Indonesia, aktivitas konstruksi, fasilitas operasional dan strategi peluang manufaktur. Selain itu, benefit lainnya yang bisa didapat oleh Indonesia yakni pembukaan lapangan kerja sebanyak 7500 orang tenaga kerja secara tidak langsung.
Tak hanya itu, dua universitas di Indonesia yakni Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) juga ikut terlibat dalam riset proyek ini.
Menurut David, sejauh ini proses yang sedang berjalan pada proyek ini sudah masuk tahap studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di sepanjang jalur yang akan dilalui kabel bawah laut Australia-Asia PowerLink ini.
“Kami punya rekomendasi dan kita sedang lakukan studi AMDAL, sehingga bisa kita submit pengerjaan dalam beberapa tahun kedepan,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post