ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia menciptakan langkah besar dengan membangun proyek satelit multifungsi Satria (Satelit Indonesia Raya). Satelit ini diklaim sebagai yang terbesar di Asia.
Rencananya, satelit ini baru akan beroperasi pada kuartal III 2023.
Menurut Menteri Komunikasi dan informasi (Menkominfo) Johnny G. Plate, peluncuran satelit Satria ini untuk mendukung pembangunan transformasi digital di Indonesia yang diminta Presiden Joko Widodo untuk dipercepat di masa pandemi Covid-19.
“Target kita, Satelit Satria ini bisa beroperasi Q3 2023 nanti,” kata Johnny melalui keterangan tertulisnya, Selasa (8/8/2020).
Johnny mengatakan, Satelit Satria nantinya dapat membantu pemerataan akses jaringan komunikasi dan internet broadband di seluruh Indonesia.
Saat ini Indonesia masih memiliki 150 ribu titik yang tidak dapat akses internet cepat.
Karena itu, Satria ini akan mendukung daerah-daerah yang belum terjangkau jaringan tulang punggung (backbone) kabel optik Palapa Ring. Proyek yang digarap pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti).
“Multifungsi akan menjangkau 150 ribu titik layanan publik, seperti kesehatan, perbankan, pemerintahan, dan lain sebagainya,” terang Johnny.
Satelit Satria ini dibangun oleh Konsorsium PT Satelit Nusantara Tiga dengan pembiayaan sebesar Rp6,9 Triliun dengan menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
Adapun PT Satelit Nusantara Tiga ini terdiri dari PT Pintar Nusantara Sejahtera, PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), PT Dian Semesta Sentosa, dan PT Nusantara Satelit Sejahtera yang semuanya tergabung dalam konsorsium PSN.
Penandatanganan ini merupakan tanda dimulainya kesepakatan antara PT Satelit Nusantara Tiga dan Thales Alenia Space untuk dimulai manufaktur satelit Satria.
PT Satelit Nusantara Tiga telah menunjuk Thales Alenia Space untuk memproduksi satelit Satria. Nantinya Satria akan menggunakan roket buatan SpaceX, Falcon 9.
Satelit ini akan mendukung jaringan komunikasi untuk 93.900 sekolah dan pesantren, 47.900 kantor pemerintahan daerah, 3.700 puskesmas, dan 3.900 markas polisi dan TNI yang sulit dijangkau kabel optik. Total ada 150 ribu titik yang tidak dapat akses internet lantaran tidak terjangkau oleh kabel serat optik.
“Di setiap titik akan tersedia sekurang-kurangnya kapasitas sebesar 1 Mbps,” tandas Johnny. (ATN)
Discussion about this post