ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia mulai membangun smelter HPAL (High Pressure Acid Leaching) berbasis nikel terbesar di dunia. Smelter ini menelan investasi senilai US$6,3 miliar atau setara Rp97,6 triliun.
Smelter ini dibangun oleh Vale Indonesia dan Huayou Cobalt Company Limited yang berlokasi di Sorowako, Sulawesi Selatan dan Pomalaa, Sulawesi Tenggara.
Adapun smelter di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, dibangun dengan nilai investasi senilai US$4,5 miliar atau setara Rp69.7 triliun yang dimulai pada 2022 dan rampung pada 2025, sementara proyek limonit di Sorowako, Sulawesi Selatan, dengan nilai investasi US$1,8 miliar atau setara Rp27,9 triliun yang dimulai pada 2023 dan rampung pada 2026.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan meminta agar proyek ini memperhatikan kepentingan lingkungan sehingga dapat memperkuat posisi Indonesia dalam mata rantai nilai energi hijau untuk memasok pasar Indonesia dan dunia dengan memiliki material berkualitas tinggi dan berkelanjutan.
“Kami meminta agar proyek ini menyeimbangkan operasi komersial dengan keberlanjutan. Kita harus terus menjaga lingkungan dalam operasi, melalui praktik pertambangan yang baik dan konservasi,” kata Luhut pada Groundbreaking proyek HPAL Vale dan Huayou di Pomalaa, pada Minggu (27/11/2022).
Luhut mengatakan bahwa proyek HPAL ini merupakan yang terbesar di dunia. Selain itu, proyek HPAL ini membentuk suatu ekosistem yang sangat penting terutama untuk Indonesia, khususnya dalam memproduksi baterai lithium sebagai pasokan kendaraan listrik.
“Orang tidak bisa membuat lithium baterai tanpa HPAL ini,” singkatnya.
Pemerintah Indonesia, khususnya pada kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Menko Luhut pada dasarnya selalu mementingkan kesehatan lingkungan. Pemerintah telah berkomitmen untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat, oleh karena itu Indonesia tengah mencoba untuk menggunakan energi terbarukan dan pensiun dini pada PLTU.
“Lingkungan itu sangat penting, karena kami punya komitmen any policy yang keluar dari saya, saya bilang itu adalah untuk the interest of next generation of Indonesia. Tidak ada policy dari saya yang keluar dari saya yang menghancurkan anak cucu saya, anak-anak muda ini,” jelasnya.
Dengan begitu, Menko Luhut meminta agar proyek ini dapat memanfaatkan bakat dan keahlian yang berkelanjutan, yaitu perkembangan sumber daya manusia khususnya pada PT Vale dan PT Huayou.
Selain itu, seiring pembangunan proyek HPAL ini dapat memperhatikan perkembangan ekonomi masyarakat sekitar serta mendukung usaha kecil dan menengah lokal agar masyarakat Sulawesi dapat tumbuh bersama.
“Proyek ini harus membangun fasilitas pendidikan, sekolah yang baik dan fasilitas kesehatan yang baik untuk masyarakat, dan untuk keluarga pekerja,” imbuh Menko Luhut. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post