ASIATODAY.ID, MADRID – Perubahan iklim dan polusi nutrien membuat kadar oksigen di lautan semakin berkurang, yang juga otomatis mengancam kehidupan banyak spesies ikan. Demikian kesimpulan dari studi terbaru Serikat Internasional Konservasi Alam (IUCN).
Meski berkurangnya nutrien di lautan telah terjadi selama berdekade-dekade, sejumlah peneliti mengatakan perubahan iklim telah membuat masalah rendahnya kadar oksigen semakin memburuk.
Menurut laporan IUCN, terdapat sekitar 700 titik di lautan global yang kadar oksigennya rendah. Jumlah area semacam itu hanya berkisar 45 di tahun 1960-an.
Para peneliti, termasuk dari IUCN, mengatakan bahwa semakin menipisnya kadar oksigen ini mengancam kehidupan banyak spesies ikan, termasuk tuna, marlin dan hiu.
Penggunaan bahan kimia di sektor pertanian dan industri telah lama diketahui memiliki dampak buruk bagi kadar oksigen di lautan, dan hingga saat ini masih tetap menjadi faktor penyebab utama.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, ancaman perubahan iklim terhadap lingkungan hidup tersebut meningkat.
“Kami mengetahui mengenai berkurangnya kadar oksigen, tapi belum mengetahui secara pasti mengenai kaitannya dengan perubahan iklim, dan hal ini sangat mengkhawatirkan,” kata Minna Epps dari IUCN, dilansir dari BBC, Minggu (8/12/2019).
“Kadar oksigen (di lautan) telah berkurang hingga empat kali lipat dalam 50 tahun terakhir. Andaikan masalah emisi terselesaikan dengan baik sekalipun, oksigen akan tetap berkurang di lautan,” lanjut dia.
IUCN mengatakan jika negara-negara tetap beraktivitas tanpa memerhatikan masalah emisi, maka lautan global diperkirakan akan kehilangan sekitar 3 hingga 4 persen oksigen di tahun 2100.
Untuk mengantisipasi hal buruk tersebut, para pemimpin global — terutama dari negara-negara besar — harus mengambil tindakan tegas. Untuk itulah, IUCN merilis laporannya di Konferensi Iklim COP25 di Madrid agar dapat didengar banyak negara.
“Untuk menghentikan meluasnya area berkadar rendah oksigen, kita perlu mengatasi masalah emisi gas rumah kaca dan juga polusi nutrien,” ungkap Dan Laffoley dari IUCN. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post