ASIATODAY.ID, WASHINGTON – World Bank, Dana Moneter Internasional (IMF), Program Pangan Dunia PBB (WFP), dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menyerukan tindakan mendesak dan terkoordinasi dalam memperkuat ketahanan pangan.
Mereka juga mengimbau negara-negara untuk menghindari pelarangan ekspor makanan atau pupuk.
Dalam pernyataan bersama, para pemimpin keempat lembaga tersebut memperingatkan bahwa perang di Ukraina menambah tekanan yang ada dari krisis covid-19, perubahan iklim, dan meningkatnya kerapuhan dan konflik, yang mengancam jutaan orang di seluruh dunia.
Kenaikan tajam harga-harga bahan pokok dan kekurangan pasokan memicu tekanan pada rumah tangga, kata mereka.
Ancaman terbesar terjadi di negara-negara termiskin, tetapi kerentanan juga meningkat pesat di negara-negara berpenghasilan menengah, yang menampung sebagian besar orang miskin di dunia.
Mereka memperingatkan krisis yang semakin parah dapat memicu ketegangan sosial di banyak negara yang terkena dampak, terutama yang sudah rapuh atau terkena dampak konflik.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, Presiden World Bank Group David Malpass, Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia PBB (WFP) David Beasley, dan Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala mengeluarkan pernyataan bersama mereka menjelang Pertemuan Musim Semi IMF dan World Bank minggu depan.
Mereka mengatakan kenaikan harga pangan diperparah oleh peningkatan dramatis dalam biaya gas alam dan bahan utama pupuk nitrogen, yang dapat mengancam produksi pangan di banyak negara.
“Melonjaknya harga pupuk bersama dengan pemotongan signifikan dalam pasokan global memiliki implikasi penting bagi produksi pangan di sebagian besar negara, termasuk produsen dan eksportir utama, yang sangat bergantung pada impor pupuk,” kata mereka.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyatakan keprihatinan mendalam tentang krisis ketahanan pangan selama pidato di lembaga lembaga pemikir Atlantic Council.
Ia mencatat bahwa lebih dari 275 juta orang di seluruh dunia menghadapi kerawanan pangan akut.
Seorang juru bicara Departemen Keuangan mengatakan pertemuan itu akan mencakup para menteri dari negara-negara ekonomi utama G7 dan G20, pejabat dari IMF, World Bank, dan Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian (IFAD), serta pakar teknis utama di bidang ketahanan pangan dan pertanian.
“Acara ini akan membawa perhatian pada dimensi berbeda dari krisis ketahanan pangan yang memburuk; dan memobilisasi (lembaga keuangan internasional) untuk mempercepat dan memperdalam tanggapan mereka untuk membantu negara-negara yang terkena dampak,” pungkas juru bicara itu. (Ant)
Discussion about this post