ASIATODAY.ID, JAKARTA – Negara-negara di Asia Tenggara harus mulai mewaspadai potensi instabilitas kawasan menyusul ketegangan yang terjadi antara Amerika Serikat dan China di Selat Taiwan.
“Bagi ASEAN, Selat Taiwan termasuk hot spot yang harus diperhatikan dalam konteks keamanan regional. Konflik yang terjadi antara AS dan China memperebutkan Taiwan dapat berimbas ke perairan Asia Tenggara,” kata Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Laksamana Madya TNI Prof Amarulla Octavian, melalui keterangan tertulis, dikutip Jumat (23/7/2021).
Octavian menyampaikan pandangannya itu secara akademik pada Webinar Talking ASEAN yang diselenggarakan The Habibie Center. Dalam webinar itu, Octavian memaparkan makalah berjudul Taiwan Strait Issue and Regional Maritime Security.
“Sejarah dunia menunjukkan bahwa perang di suatu wilayah dapat meluas dan menjangkau wilayah lain, bahkan bisa memicu perang-perang baru sebagai dampak lanjutannya,” kata Octavian.
Lebih mengkhawatirkan lagi ketika China atau Amerika Serikat menggunakan senjata nuklir. Radius penghancuran senjata nulkir tersebut, menurutnya, dapat menjangkau wilayah semua negara di Asia Tenggara dalam waktu yang sangat cepat.
Untuk itu, ia menekankan pentingnya seluruh negara anggota ASEAN bersatu untuk melakukan berbagai inisiatif baru guna mengurangi ketegangan di Selat Taiwan. Diplomasi pertahanan sebagai wujud nyata implementasi ilmu pertahanan ditujukan untuk mencegah terjadinya perang.
“Indonesia dapat memimpin ASEAN pada kondisi hot peace untuk melakukan diplomasi pertahanan dua arah ke China dan Amerika Serikat,” kata dia.
Pembicara lain dalam webinar ini adalah Guru Besar Universitas Indonesia Prof Hikmahanto Juwono. Beberapa pejabat kementerian dan lembaga negara, instansi pemerintah, kedutaan, think tank, akademisi, dan media turut hadir dalam forum ini. (ATN)
Discussion about this post