ASIATODAY.ID, JAKARTA – Berbagai upaya terus diciptakan untuk mempopulerkan hasil karya dan inovasi desa agar menembus pasar domestik dan internasional. Selain melalui sentuhan teknologi informasi, menghadirkan panggung kreatif juga menjadi pilihan strategis.
Di Indonesia, berbagai inovasi terus tumbuh. Tidak hanya di ibukota, inovasi bahkan kini tumbuh di desa-desa yang berada di daerah tertinggal. Salah satu yang paling menonjol adalah Kain Tenun.
Problemnya, inovasi ini tidak cukup mendapat ruang apresiasi bahkan cenderung termarginal. Padahal, jika digarap dengan serius, selain punya prospek ekonomi, juga bisa menjadi jejak peradaban di Indonesia.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) periode ini mulai menyadari, keberadaan inovasi ini sebagai ‘berlian’ yang tertimbun di daerah tertinggal.
Sebuah panggung kreatif pun dihadirkan. Bertajuk Eco Fashion Week Indonesia 2019, Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal Kemendes PDTT menampilkan Karya-karya Tenun dari Daerah Tertinggal diatas panggung catwalk di Gedung Sarinah, Jakarta pada Kamis (5/12/12).
“Kita ingin mengangkat produk Tenun dari daerah tertinggal menuju pasar yang lebih luas. Proses dari pewaranaan alami pada produk tenun-tenun tersebut dituangkan dalam sebuah buku yang berjudul Pewarnaan Alam: Jendela Menuju Mode Berkelanjutan,” ujar Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal Kemendes PDTT Samsul Widodo.
Eco Fashion Week Indonesia ini mengusung konsep live in designer. Dalam mengimplementasikan konsep ini, pihak kementerian mendatangkan langsung designer kondang Merdi Sihombing untuk bisa tinggal bersama para penenun di daerah tertinggal selama sepekan. Selama kurun waktu itu, para penenun di desa langsung belajar bagaimana cara pewarnaan alam dan pembuatan motif tenun terbaru dari designer.
“Untuk tahun 2019, produk Tenun dan kerajinan yang ditampilkan berasal dari 5 daerah tertinggal yaitu Lombok Tengah, Donggala, Nias Selatan, Timor Tengah Selatan,” jelasnya.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar mengatakan, kegiatan Eco Fashion yang mengangkat produk Tenun dari Daerah Tertinggal sangat baik untuk dilaksanakan karena merupakan perwujudan dari pembangunan yang bertumpu pada peradaban.
“Kami akan dukung terus semua kegiatan yang bisa mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia. Semua hal yang berkaitan dengan seni Indonesia mari bersama-sama kita angkat agar bisa diketahui lebih luas. Diharapkan, kedepannya kegiatan ini juga tidak hanya dilaksanakan di Jakarta, tetapi juga di kota-kota lainnya,” katanya.
Menurut Menteri Halim, desa dan daerah tertinggal memiliki sumber daya yang perlu dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan tesebut dilakukan agar terjadi lompatan dari status tertinggal menjadi tidak tertinggal lagi.
“Kegiatan ini memberikan pesan kepada dunia bahwa Indonesia sangat berkomitmen terhadap isu perubahan iklim, salah satunya dengan mengusung konsep pewarnaan alami. Produk-produk dari daerah tertinggal perlu ditingkatkan terus untuk bisa mendukung pertumbuhan daerahnya,” imbuh Abdul Halim.
Eco Fashion Week Indonesia adalah gelaran produk-produk tenun dari daerah tertinggal yang mengedepankan konsep keberlanjutan dengan mengusung teknik pewarnaan alami pada tenun-tenun yang diproduksi. Pewarnaan alami tesebut berasal dari berbagai jenis bahan alam seperti daun, kulit kayu dan bahan dari laut. Dengan menggunakaan pewarnaan berbahan dasar alam, maka limbah yang diproduksi dari hasil pewarnaan tidak akan mencemarkan lingkungan.
Saat ini, gelaran Eco Fashion Week Indonesia sudah dilangsungkan sebanyak 2 kali. Eco Fashion Week Indonesia pertama kali digelar pada tanggal 30 November hingga 2 Desember 2018 yang berlokasi di Gedung Stovia, Jakarta Pusat. Pada gelaran tahun lalu, hasil tenun yang ditampilkan berasal dari 2 daerah tertinggal yaitu Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Alor.
Gelaran Eco Fashion Week Indonesia juga selalu mendatangkan langsung para penenun dari daerah asalnya untuk bisa menjelaskan dan mendemonstrasikan bagaimana proses pembuatan tenun yang selama ini mereka lakukan.
Dalam Acara Eco Fashion Week 2019 ini turut dihadiri oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi masa periode jabatan 2016-2019 Eko Putro Sandjojo beserta Istri, Direktur PT. Sarinah, Ngurah Sugihartaya, dan para tamu undangan yang berasal dari berbagai kalangan seperti pemerintah pusat dan daerah, kedutaan, Dharma Wanita Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dan perwakilan dari pihak swasta. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post