ASIATODAY.ID, JAKARTA – Kinerja PT Pertamina (Persero) kembali menjadi sorotan.
Pasalnya, pemerintah mendesak PT Pertamina (Persero) maupun Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) minyak dan gas bumi (migas) lainnya untuk segera berbenah.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, sepanjang paruh pertama tahun 2019 ini, 6 dari 10 kontraktor minyak terbesar belum mencapai target produksi siap jual (lifting) minyak yang ditetapkan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
“Dari 10 besar, ada 6 KKKS yang lifting (minyak) turun, dan dari 6 itu 5 adalah (milik) Pertamina, yaitu Pertamina EP, PHM, PHE OSES, PH ONWJ dan PKHT. Ini memang menjadi perhatian, ” terang Dwi Soetjipto melalui keterangan resmi, Senin (29/7/2019).
Tak hanya itu kata Dwi, kinerja serupa juga terjadi pada lifting gas, terutama pada pengelolaan Blok Mahakam yang operasionalnya telah diambil alih oleh PT Pertamina Hulu Mahakam dari Total E&P sejak 1 Januari 2018. SKK Migas mencatat, sepanjang semester I 2019, realisasi lifting gas Blok Mahakam hanya 662 MMScfd atau baru 60 persen dari targetnya tahun ini, 1.100 MMScfd.
Dengan kondisi ini, Dwi meminta Pertamina mengevaluasi dan mencari terobosan mengatasi masalah tersebut.
“Saya berharap Pertamina melakukan upaya-upaya untuk perbaikan agar lifting segera dibenahi. jangan sampai nanti mana yang diambil oleh Pertamina sebagai operator justru terjadi penurunan,” terangnya.
Dwi merinci permasalahan lifting migas yang harus secepat mungkin ditangani oleh Pertamina, mulai dari aspek implementasi teknologi, terutama transfer of knowledge dan proses investasi yang mesti harus jalan cukup cepat.
“Kami harapkan nanti manajemen dan pegawai Pertamina bisa lebih fokus perbaiki kinerja,” imbuhnya.
SKK Migas juga mencatat, penurunan lifting gas juga dipengaruhi oleh rendahnya penyerapan kargo berlebih di Muara Bakau yang tidak jadi dijual PT Pertamina (Persero) sebagai pengelola kilang LNG Bontang.
“Rendahnya penyerapan kargo di Muara Bakau itu mengurangi produksi dari 645-670 MMScfd ke level 500 MMScfd karena ada LNG yang tidak diserap,” jelas Wakil Kepala SKK Migas Sukandar.
Lebih lanjut, pemerintah juga meminta Pertamina segera mengambil langkah strategis demi mendongkrak lifting migasnya. Terlebih, muncul kasus kebocoran gas di Blok ONWJ yang dioperatori oleh PT Pertamina Hulu Energi ONWJ selama dua minggu terakhir.
Untuk diketahui, SKK Migas mencatat realisasi lifting migas hingga akhir semester I 2019 mencapai 1,81 juta barel per hari (bph) atau 86 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019. Jika dirinci, realisasi lifting minyak sepanjang paruh pertama ini tercatat 752 ribu bph atau 97 persen dari target.
Sementara, realisasi penyaluran dan lifting gas selama enam bulan pertama tahun ini tercatat 5.913 mmscfd atau setara 1.056 ribu bph. Artinya, realisasi lifting gas baru mencapai 86 persen dari target APBN 2019. (Lis)
,’;\;\’\’
Discussion about this post