ASIATODAY.ID, JAKARTA – Populasi satwa Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) kini sudah berada diambang kepunahan.
Aktivitas perburuan liar dan konflik dengan manusia menjadi masalah utama bagi kehidupan satwa lindung ini.
“Populasi Harimau Sumatera di Sumut sangat memprihatinkan, kami perkirakan hanya tersisa sekitar 33 ekor saja,” kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut, Hotmauli Sianturi dalam keterangannya, Rabu (2/9/2020).
BBKSDA mencatat, populasi Harimau Sumatera di Pulau Sumatera tersisa 400-600 ekor. Berkurangnya populasi satwa liar ini karena sejumlah faktor, mulai dari tingginya perburuan liar kemudian banyak Harimau terjerat secara tidak sengaja oleh masyarakat.
“Biasanya, harimau yang terjerat itu terjadi secara tidak sengaja. Masyarakat berniat ingin menjerat babi, tetapi yang masuk jeratan justru Harimau,” jelas Hotmauli.
Selain itu, konflik antara Harimau Sumatera dengan warga kembali terjadi di Sumut, di Desa Tapus Sipagimbal, Kecamatan Aek Bilah, Kabupaten Tapanuli Selatan, sejak Mei 2020.
Konflik sebenarnya sempat berhenti, tetapi belakangan ini kembali terjadi.
Hotmauli mengingatkan, konflik Harimau dengan masyarakat tidak akan terjadi bila habitat satwa tidak terganggu. Apalagi, pada dasarnya setiap masyarakat adat mempunyai kearifan tersendiri dalam melindungi diri dari Harimau.
“Sayangnya, kearifan itu saat ini banyak yang tidak dilakukan lagi,” imbuhnya. (ATN)
Discussion about this post