ASIATODAY.ID, HPAKANT – Jumlah korban penambang batu giok yang tertimpa longsor di Myanmar bertambah menjadi 162 jiwa.
Kini dikhawatirkan korban tewas lebih banyak lagi di lokasi tersebut. Insiden terbaru ini menambah serangkaian kecelakaan mematikan di lokasi-lokasi semacam itu dalam beberapa tahun terakhir.
Kritik menyalahkan bencana pada kegagalan Pemerintah Myanmar untuk mengambil tindakan terhadap kondisi yang tidak aman.
Para penambang mengumpulkan batu-batu di daerah Hpakant yang kaya akan batu giok di negara bagian Kachin. Tumpukan limbah penambangan roboh menimpa ke dalam sebuah danau dan mengubur banyak pekerja pada Kamis 2 Juli pagi waktu setempat. Wilayah ini juga dikenal sebagai pusat industri batu giok ilegal di Myanmar.
“Para penambang giok disiram oleh gelombang lumpur,” kata Dinas Pemadam Kebakaran, melalui Facebook, yang dikutip ABC Australia, Jumat (3/7/2020).
Menjelang sore, petugas penyelamat telah menemukan 162 mayat. Sementara 54 orang yang terluka dibawa ke rumah sakit.
“Mayat lain berada di lumpur. Jumlahnya akan meningkat,” ujar pejabat Kementerian Informasi Myanmar, Tar Lin Maung.
Than Hlaing, seorang warga setempat yang membantu setelah bencana mengatakan, sekitar 100 orang masih hilang.
Maung Khaing, seorang penambang berusia 38 tahun dari daerah yang menyaksikan kecelakaan itu mengatakan bahwa ia akan mengambil gambar gundukan sampah berbahaya yang ia rasakan akan runtuh ketika orang-orang mulai berteriak “lari, lari”.
“Dalam satu menit, semua orang di bawah (bukit) menghilang begitu saja,” ucapnya melalui telepon.
“Aku merasa kosong di hatiku. Ada orang yang terjebak di lumpur berteriak minta tolong tetapi tidak ada yang bisa membantu mereka,” tuturnya.
Rekaman video di media sosial menunjukkan penambang panik berlari menanjak untuk melarikan diri ketika tumpukan sampah hitam menjulang ke danau pirus, mengaduk-aduk gelombang lumpur seperti tsunami. Foto menunjukkan barisan mayat yang diletakkan di atas bukit, ditutupi oleh terpal.
Pengamat lingkungan yang bermarkas di London, Global Witness, menyebut kecelakaan itu sebagai “bentuk kegagalan pemerintah untuk mengekang praktik penambangan yang ceroboh dan tidak bertanggung jawab di tambang batu giok negara bagian Kachin”.
“Pemerintah harus segera menangguhkan penambangan skala besar, ilegal dan berbahaya di Hpakant dan memastikan perusahaan yang terlibat dalam praktik ini tidak lagi dapat beroperasi,” Global Witness mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Tanah longsor yang mematikan dan kecelakaan lainnya sering terjadi di tambang-tambang Hpakant yang tidak diatur dengan baik, yang menarik pekerja miskin dari seluruh Myanmar untuk mencari permata yang sebagian besar diekspor ke China. Tapi kecelakaan Kamis adalah yang terburuk dalam lebih dari lima tahun. (ATN)
Discussion about this post