ASIATODAY.ID, HONG KONG – Warga Hong Kong memborong barang-barang di supermarket dan berbondong-bondong menarik uang mereka dari ATM di saat sistem kereta bawah tanah dan pusat-pusat perbelanjaan tutup setelah kekacauan yang melanda kota berstatus khusus itu.
Meskipun orang-orang yang datang lebih awal untuk berbelanja harus mengantre selama hampir 45 menit, mereka yang datang belakangan hanya mendapatkan rak-rak pajang yang kosong, kehabisan barang. Sepanjang pagi, media sosial dipenuhi dengan gambar-gambar supermarket dan toko kelontong yang tampaknya hampir tidak memiliki stok.
“Staf mengatakan bahwa mereka buka setengah hari pada hari Sabtu dan tidak punya waktu untuk menyimpan persediaan baru karena kekacauan di seluruh Hong Kong,” kata Ma, seorang ibu rumah tangga di Mong Kok yang kehabisan stok barang sebagaimana dilansir South China Morning Post, Selasa (8/10/2019).
“Saya tidak yakin apakah orang bereaksi berlebihan. Tapi saya belum pernah melihat yang seperti ini dalam hidup saya. Ini seperti masa perang. Saya bahkan melihat orang menimbun tisu toilet,” ujarnya.
Di Wan Chai, seorang pembelanja mengaku kecewa karena ditolak masuk ke gerai supermarket Wellcome yang tutup sore hari.
“Saya hanya berencana menjalankan tugas dan seharusnya kembali ke rumah dengan sangat cepat,” kata pembelanja yang frustrasi itu. “Tapi saya sudah berjalan di sekitar daerah itu selama setengah jam dan tidak bisa menemukan supermarket yang buka.”
Dia menyalahkan para demonstran anti-pemerintah karena mengacaukan Hong Kong.
“Tidak bisakah mereka memprotes secara damai? Mengapa mereka harus mengacaukan Hong Kong untuk membuat pendapat mereka didengar? Kita hanya orang awam dan kita memiliki kehidupan kita untuk dijalani,” katanya.
Setengah dari stasiun metro kota itu ditutup dan sejumlah pusat perbelanjaan di sekitar kota tetap tutup untuk mengantisipasi lebih banyak kekacauan di jalan-jalan, ketika demonstran menyerukan lebih banyak protes di Causeway Bay dan Tsim Sha Tsui.
Bank-bank China juga menjadi sasaran pada demonstran pada protes Sabtu dan Minggu, dengan banyak ATM dirusak dan cabang-cabangnya dibakar.
Seorang juru bicara untuk Otoritas Moneter Hong Kong mengatakan 10 persen dari 3.300 ATM di seluruh kota tidak dapat berfungsi karena vandalisme akhir pekan, dan bank berusaha mengatur perusahaan logistik untuk mengirim dan mengisi kembali uang kertas ke mesin-mesin yang masih beroperasi.
Di Ma On Shan, di New Territory, antrian panjang terbentuk di ATM yang masih berfungsi.
“Ini sangat merepotkan,” kata seorang pelanggan, yang bernama So. “Mal-mal tutup. ATM di cabang dirusak. Itu ulah perusuh. Kurasa polisi tidak seharusnya membiarkan mereka pergi.”
Namun, warga memiliki pandangan beragam. Penduduk Ma On Shan lainnya, Grace, mengatakan bahwa pemerintahlah yang harus disalahkan.
“Jika pemerintah telah memenuhi tuntutan para demonstran lebih awal, situasinya mungkin tidak menjadi begitu buruk sekarang,” katanya. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post