ASIATODAY.ID, NEW YORK – Negeri Sri Lanka berada di tengah krisis ekonomi terburuk yang pernah ada.
Berdasarkan survei ekonom terbaru Bloomberg, negeri itu memiliki kemungkinan 85 persen jatuh ke dalam resesi di tahun depan, peluangnya naik dari 33 persen dalam survei sebelumnya dan sejauh ini peningkatan tertinggi di wilayah tersebut.
Sementara itu, negara-negara di Asia menghadapi risiko resesi ekonomi akibat kenaikan inflasi.
Risiko resesi di beberapa negara Asia meningkat karena harga yang lebih tinggi memacu bank sentral untuk mempercepat laju kenaikan suku bunga mereka.
Sejauh ini, negara-negara di dunia sedang terguncang akibat lonjakan inflasi di saat pandemi covid-19 mulai terkendali.
Laporan The Business Times, Minggu (10/7/2022), para ekonom telah menaikkan ekspektasi mereka untuk peluang resesi di Selandia Baru, Taiwan, Australia, dan Filipina masing-masing menjadi 33 persen, 20 persen, 20 persen, dan delapan persen.
Bank-bank sentral di negeri itu telah menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi. Probabilitas resesi untuk beberapa ekonomi Asia lainnya tetap tidak berubah dalam survei.
Para ekonom melihat peluang 20 persen, China akan memasuki resesi dan kemungkinan 25 persen bahwa Korea Selatan atau Jepang akan memasukinya.
Namun ekonomi Asia sebagian besar tetap tangguh dibandingkan dengan Eropa dan Amerika Serikat.
“Lonjakan harga energi telah memukul negara-negara seperti Jerman dan Prancis paling banyak, dengan efek limpahan yang berdampak pada wilayah lainnya,” kata Kepala Ekonom Asia-Pasifik Moody’s Analytics Steven Cochrane.
Model Bloomberg Economics menempatkan peluang resesi AS sebesar 38 persen dalam 12 bulan ke depan, naik dari sekitar nol persen hanya beberapa bulan sebelumnya. Model tersebut menggabungkan berbagai faktor mulai dari izin perumahan dan data survei konsumen hingga kesenjangan antara imbal hasil obligasi 10 tahun dan tiga bulan. (ATN)
Discussion about this post