ASIATODAY.ID, JAKARTA – Ditengah pandemi Covid-19, krisis pangan akut (IPC Tahap 3) melanda warga di Somalia. Sekitar 2,1 juta orang kini dalam ancaman kelaparan ekstrem.
Krisis yang lebih parah diperkirakan akan terjadi hingga Desember 2020 jika tidak ada bantuan kemanusiaan. Kondisi buruk ini diperparah oleh efek gabungan dari bencana banjir yang meluas, infestasi Desert Locust, dampak sosial ekonomi Covid-19 dan dampak kumulatif dari guncangan sebelumnya.
Hal itu disampaikan Unit Keamanan dan Gizi (FSNAU), sebuah proyek yang dikelola oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB.
“Selain kelaparan, ada 849.900 anak di bawah usia 5 tahun kemungkinan besar mengalami kekurangan gizi akut hingga Agustus 2021,” bunyi laporan itu dikutip dari Middleeast, Kamis (1/10/2020).
“Dari Oktober hingga Desember, kerawanan pangan diperkirakan akan memburuk diantara rumah tangga miskin dengan ternak terbatas atau kapasitas rendah untuk mengatasi hilangnya panen,” lanjut laporan itu.
“Produksi sereal Gu tahun 2020 di Somalia selatan diperkirakan hanya 74.000 ton. Jumlah ini 40 persen lebih rendah dari rata-rata jangka panjang untuk 1995-2019. Faktor utama yang mengakibatkan rendahnya produksi biji-bijian 2020 karena adanya bencana banjir berulang yang parah, curah hujan yang tidak menentu dan musim kemarau yang berkepanjangan, ketidakamanan dan konflik,” jelas FSNAU.
Laporan tersebut selanjutnya memperingatkan bahwa tambahan 3 juta orang di negara Afrika Timur itu “diperkirakan mengalami Stres (IPC Tahap 2), menjadikan jumlah total orang yang menghadapi kerawanan pangan akut menjadi 5,1 juta.”
“Bantuan kemanusiaan harus dipertahankan hingga Desember 2020 untuk mencegah hasil dari Krisis (IPC Tahap 3) atau Darurat (IPC Tahap 4) untuk 2,1 juta orang,” desak FSNAU.
Perubahan iklim sangat terasa di Somalia, Chad dan wilayah Sahel, menurut pernyataan Samba Harouna Thiam, kepala Kantor Penghubung Lingkungan PBB, pada September tahun lalu.
Meningkatnya suhu dan curah hujan yang tidak terduga akibat perubahan iklim telah menurunkan hasil panen. Komunitas miskinlah yang sering menghadapi paparan yang lebih besar terhadap bahaya iklim. (ATN)
Discussion about this post