ASIATODAY.ID, BEIJING – China menggelar pertemuan puncak pertamanya dengan para pemimpin dari lima negara Asia Tengah.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang berlangsung selama dua hari di Kota Xian ini mempertemukan para pemimpin Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan yang sangat penting bagi proyek Belt and Road Initiative (BRI) yang diinisiasi China.
Wakil Direktur Jenderal Departemen Urusan Eropa-Asia Tengah Kementerian Luar Negeri China, Yu Jun mengatakan, para pemimpin akan bertukar pandangan tentang pembentukan mekanisme kerja sama, masalah-masalah internasional dan regional yang menjadi perhatian. Sejumlah kesepakatan diperkirakan akan ditandatangani dalam KTT tersebut.
KTT tersebut bertepatan dengan KTT G7 yang digelar di Jepang. Para analis mengatakan pentingnya KTT Asia Tengah-China menggarisbawahi pergeseran pola pengaruh di negara-negara bekas Soviet.
“Menurut saya, konflik Ukraina merupakan percepatan dari tren yang sudah ada sebelumnya di kawasan ini, yang terbesar adalah China mendorong Rusia keluar sebagai hegemoni terbesar di kawasan itu,” ujar Direktur Pelaksana Oxus Society for Central Asian Affairs di Washington, DC, Bradley Jardine, dilaporkan Aljazirah, Kamis (18/5/2023).
“Banyak pemerintah daerah semakin skeptis terhadap tujuan Rusia di wilayah tersebut dan China telah melakukan upaya untuk meyakinkan mereka atas kedaulatan mereka,” kata Jardine.
Administrasi Umum Kepabeanan China pada Rabu (17/5/2023) menerbitkan data yang menunjukkan volume impor dan ekspor Cina dengan negara-negara Asia Tengah mencapai 173,05 miliar yuan atau US$24,8 miliar dalam empat bulan pertama 2023. Jumlah ini meningkat 37,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Sekitar 55 persen impor China adalah produk energi seperti batu bara, minyak mentah, dan gas alam. Namun, beberapa analis mengatakan pengaruh China di kawasan Asia Tengah tidak akan mengurangi pengaruh Moskow.
China dan Rusia menyetujui kemitraan tanpa batas pada Februari 2022 lalu, sebelum Rusia memulai invasi besar-besaran ke Ukraina. Pada Maret, Presiden Xi Jinping berada di Moskow dan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Mereka menandatangani perjanjian untuk membawa hubungan kedua negara ke dalam era baru.
Direktur Penelitian Eurasia di Pusat Penelitian Pembangunan Dewan Negara China, Li Yongquan, mengatakan kepada Global Times, selama 30 tahun, Asia Tengah telah berada dalam suasana geopolitik yang rumit. Salah satu alasan mengapa negara-negara kawasan dapat berkembang meskipun terdapat banyak faktor yang tidak stabil adalah karena China dan Rusia telah bekerja sama dalam menjaga keamanan dan stabilitas di kawasan.
“China dan Rusia memiliki kepentingan yang sama dalam masalah ini,” ujar Li. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post