ASIATODAY.ID, JAKARTA – Konflik Rusia-Ukraina telah mengubah peta perdagangan global, salah satunya komoditi nikel.
Saat ini, Rusia mengalami berbagai pembatasan perdagangan menyusul sejumlah sanksi dari negara-negara Barat. Larangan berbisnis dan juga mengimpor komoditas energi dari Rusia turut berdampak pada komoditas nikel.
Situasi ini memicu kekhawatiran investor bahwa pasokan nikel dari Rusia juga akan tersendat, bahkan terhenti.
Harga nikel pada perdagangan Selasa (8/3/2022) siang hari melonjak 250% dalam dua hari berturut-turut mencapai US$ 101.350 per ton karena pembelian kembali kontrak yang telah dijual oleh investor dan penjual nikel di bursa nikel.
Kenaikan harga yang tidak normal ini akhirnya memicu bursa komoditas logam di London, yakni London Metal Exchange (LME) menghentikan sementara perdagangan nikel sejak Selasa (08/03/2022).
Rusia merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia. Rusia adalah produsen nikel terbesar nomor 3 di dunia dengan proyeksi produksi 250.000 ton pada 2021, mengacu data US Geological Survey (USGS).
Jumlah ini setara dengan 9,25% produksi dunia. Cadangan nikel Rusia mencapai 7,5 juta ton. Ini merupakan cadangan nikel terbesar keempat dunia dengan porsi 7,9% dari total cadangan seluruh dunia.
Bila pasokan nikel Rusia itu terhambat, hanya Indonesia yang mampu menggantikan pasokan nikel dari Rusia tersebut.
Pasalnya, pasokan nikel dari Rusia merupakan nikel kelas 1 yakni berupa nickel matte, nikel sulfat, Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), maupun Mixed Sulphide Precipitate (MSP) yang kadar logamnya telah mencapai 99,9%.
Produk nikel kelas 1 ini biasanya dijadikan bahan baku untuk baterai kendaraan listrik.
Sementara pasokan nikel kelas 1 dari Indonesia pada tahun ini diperkirakan akan meningkat.
Menurut Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Muhammad Lutfi, dengan kekayaan nikel yang melimpah, kini Indonesia bisa mendikte dunia.
Muhammad Lutfi menegaskan hal itu saat memberikan arahan dalam Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan di Bali, Kamis (10/3/2022).
Muhammad Lutfi menyebutkan, Indonesia selama ini sudah membuktikan kekuatannya kepada dunia melalui Crude Palm Oil (CPO).
Pada saat dirinya mengeluarkan kebijakan DMO (Domestic Market Obligation) naik 30 persen, harga CPO bahkan disuspend 10 persen sebanyak dua kali di pasar saham (stock exchange).
“Jadi ini menunjukkan bahwa kita bisa mendikte dunia,” katanya.
Muhammad Lutfi optimistis, ke depan tidak hanya CPO yang akan gagah di pasar global. Tapi ada komoditas pertambangan seperti nikel, bauksit hingga aluminum yang akan ikut bermain di pasar global.
Saat ini kata dia, Indonesia berperang dengan formasi ekonomi yang lebih baik. Karenanya, Kementerian Perdagangan harus membela barang-barang ekspor Indonesia.
Kementerian Perdagangan juga harus mengamankan sejumlah barang yang diproduksi di dalam Negeri meskipun merk dagangnya bukan milik Indonesia.
Dia menyontohkan, bagaimana kementeriannya harus mengawal sejumlah barang otomotof yang diproduksi di dalam Negeri, seperti Toyota, Daihatsu, Suzuki, dan juga mobil-mobil Jepang lainnya agar bisa bersaing di levelnya.
“Indonesia juga kita tidak boleh tinggal diam terkadang mereknya bukan merek Indonesia. Jadi ini juga merupakan sesuatu yang kita mesti kerjakan,” katanya.
Kementerian Perdagangan dan pengusaha harus kompak agar bisa menentukan harga dunia.
Saat ini kata dia, Kementerian Perdagangan tengah menyusun road map untuk memastikan bahwa barang Indonesia akan mendikte dunia dan barang Indonesia akan mensejahterakan Indonesia.
“Mudah-mudahan, ketika kita kompak kita juga dapat memastikan harga di dalam negeri terjangkau dan bisa dipastikan kompetitif dibandingkan negara yang lain,” imbuhnya. (ATN)
Discussion about this post