ASIATODAY.ID, JAKARTA – Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) menobatkan Forum Musyawarah Masyarakat Adat Taman Nasional Kayan Mentarang (FoMMA) di Kalimantan Utara sebagai salah satu penerima penghargaan Equator Prize 2020.
UNDP menilai FoMMA berhasil melakukan advokasi pengaturan pengelolaan kolaboratif pertama untuk Taman Nasional di Indonesia. Dalam sistem itu, pemerintah dan otoritas adat memutuskan bersama tentang pengelolaan dan akses sumber daya dan penggunaan hak-hak adat.
FoMMA terdiri dari sebelas kelompok adat yang tersebar di areal seluas 20.000 kilometer persegi.
Pengumuman anugerah tersebut bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia.
Anugerah Equator Prize pada tahun lalu, Rumah Panjang Dayak Iban Sungai Utik Indonesia, dari Kalimantan Barat.
Equator Prize memberi penghargaan kepada 10 komunitas lokal dan adat dari seluruh dunia. Organisasi pemenang menunjukkan solusi inovatif berbasis alam untuk mengatasi kehilangan keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.
Para pemenang Equator Prize yang mewakili komunitas adat telah mendorong untuk mengadopsi cara yang lebih baik untuk hidup berdampingan dengan alam, mengakui dan menghormati hubungan antara kesehatan manusia dan Bumi.
Ini adalah pertama kalinya Equator Prize diberikan kepada kelompok-kelompok dari Kanada dan Myanmar. Pemenang juga berasal dari Republik Demokratik Kongo, Ekuador, Guatemala, Indonesia, Kenya, Madagaskar, Meksiko dan Thailand.
Pendekatan mereka mencontohkan tindakan apa yang dapat diambil untuk melindungi ekosistem dan keanekaragaman hayati yang penting bagi generasi yang akan datang.
Prestasi para pemenang juga menunjukkan bagaimana masyarakat adat dan komunitas lokal mengatasi ketertinggalan dan diskriminasi dalam mendukung komunitas mereka, dan dunia secara secara lebih luas.
“Ketika alam kita menghadapi berbagai tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, Equator Prize menampilkan berbagai solusi berbasis alam yang luar biasa yang dipelopori oleh komunitas lokal dan masyarakat adat,” kata Administrator UNDP, Achim Steiner, melalui keterangan tertulisnya, Jumat (5/6/2020).
Steiner berharap ketika negara-negara bergerak untuk membangun kembali setelah pandemi COVID-19, cara-cara inovatif untuk melindungi ekosistem, keanekaragaman hayati dan mengatasi perubahan iklim ini menjadi lebih penting daripada sebelumnya.
“Pada saat yang sama, banyak dari komunitas ini semakin kehilangan hak-hak mereka karena perampasan tanah, penambangan atau penebangan ilegal sehingga upaya pemulihan dan pembangunan ketahanan harus berusaha untuk meningkatkan hak-hak masyarakat adat dan komunitas lokal,” tambah Steiner.
Pemenang Equator Prize masing-masing akan menerima USD10.000, dan kesempatan untuk bergabung dengan serangkaian acara khusus yang terkait dengan Majelis Umum PBB, KTT Alam PBB dan Pekan Iklim Global pada akhir September mendatang.
Mereka akan bergabung dengan jaringan 245 komunitas dari 81 negara yang telah menerima Equator Prize sejak 2002.(AT Network)
Discussion about this post