ASIATODAY.ID, JAKARTA – Realisasi operasional produksi migas siap jual (lifting) nasional terhitung masih menunjukkan angka realistis di tengah pandemi Covid-19 dan tekanan harga minyak global.
Hingga kuartal I 2020, lifting migas nasional mencapai 1,749 juta boepd (barrel oil ekuivalen per day) atau sebesar 90,4 persen dari target lifting nasional sebesar 1,946 boepd.
Laporan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan capaian lifting migas tersebut melampaui target teknis dalam Work, Program and Bubdget (WP&B) Tahun 2020 sebesar 1,728 BOEPD atau mencapai 101 persen.
“Artinya, kita berhasil melakukan langkah-langkah kreatif untuk meningkatkan produksi,” jelas Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto melalui Virtual Konferensi Pers dalam Laporan Kinerja SKK Migas Kuartal I Tahun 2020, yang diterima Selasa (21/4/2020).
Dwi merinci lifting minyak di Kuartal I Tahun 2020 telah mencapai 701 ribu bopd (barrel oil per day) atau 93 persen dari target APBN, yaitu 755 bopd. Sementara lifting gas 5,86 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) atau 88 persen dari target APBN, yaitu 6,67 mmscfd.
Meski belum mencapai target APBN mengingat kemampuan cadangannya, Dwi menyebut capaian ini telah didorong upaya optimalisasi serta pengembangan baru melalui pengeboran sumur baru, onstream proyek baru, dan pemeliharaan yang optimal.
“Khusus lifting gas, ada penambahan 78 mmscfd dari tiga proyek onstream, yaitu Lapangan Buntal-5 (45 mmscfd), Grati Pressure Law (30 mmscfd) dan Randugunting (3 mmscfd),” ungkap Dwi.
Keberhasilan menjaga lifting migas diakui oleh Dwi lantaran implementasi pelaksanaan digitalisasi melalui integrated operation center (IOC) sejak 31 Desember 2019 serta beroperasinya layanan one door service policy (ODSP) per Januari 2020.
“Pelaksanaan pilar transformasi tersebut memberikan andil pada upaya peningkatan pengawasan dan memangkas birokrasi dengan penyelesaian berbagai perizinan dalam satu platform layanan ODSP dengan waktu yang lebih cepat, telah memberikan dampak positif bagi pelaksanaan investasi hulu migas 2020 ditengah tantangan wabah Corona Covid-19,” kata Dwi.
Selain fokus pada pencapaian target teknis yang telah ditetapkan pada WP&B, SKK Migas secara konsisten dan berkesinambungan melaksanakan berbagai program Filling The Gap (FTG) agar dapat dicapai penambahan produksi migas melalui penerapan inovasi dan operational excellence di hulu migas. Selain itu SKK Migas juga membuat terobosan-terobosan untuk mengusahakan agar efisiensi di hulu migas dapat semakin ditingkatkan.
Dwi menekankan, insan hulu migas terus bekerja keras memberikan kontribusi yang terbaik agar target di tahun 2020 dapat tercapai di tengah penurunan industri nasional sebagai akibat perlambatan ekonomi dari adanya wabah Covid-19.
“Dapat dibayangkan jika operasional hulu migas dan proyek hulu migas berhenti, berapa dampak yang ditimbulkan di industri penunjang, ketenagakerjaan serta ekonomi daerah,” pungkas Dwi.
Untuk lebih rinci capaian lifting minyak kuartal I 2020 disumbang oleh 5 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) besar di Indonesia dengan rincian sebagai berikut:
- Mobil Cepu LTD: 220 ribu bopd
- PT Chevron: 182 ribu bopd
- Pertamina EP: 81 ribu bopd
- Pertamina Hulu Mahakam: 31 ribu bopd
- Pertamina Hulu Energi OSES: 29 ribu bopd
Sementara lifting gas nasional disumbang oleh KKKS berikut:
- BP Berau LTD: 1,05 mmscfd
- COPHI Grissik : 828 mmscfd
- Pertamina EP : 752 mmscfd
- PHM : 610 mmscf
- ENI Muara Bakau : 542 mmscfd
(AT Network)
Discussion about this post