ASIATODAY.ID, JAKARTA – Ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bersama Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison, dan PM Inggris Boris Johnson mengumumkan aliansi pertahanan trilateral AUKUS di Indo Pasifik, sejumlah negara di Asia Tenggara (ASEAN) sudah menunjukkan respon yang beragam.
Filipina mendukung penuh aliansi itu, sementara Indonesia, Malaysia dan Singapura mengkhawatirkan aliansi itu karena bisa berpotensi mengancam stabilitas di kawasan, bahkan memicu perlombaan senjata nuklir.
Namun hingga kini, komunitas ASEAN yang menjadi wadah perkumpulan negara-negara di Asia Tenggara justru masih bungkam dan belum sekalipun merespon AUKUS.
Direktur Jenderal Kementerian Luar Negeri RI untuk Asia Pasifik dan Afrika, Abdul Kadir Jailani, memandang, ASEAN perlu merespons dengan tegas aliansi tersebut melalui ASEAN Outlook in the Indo-Pacific.
“Dalam pandangan kami, ASEAN perlu merespons dengan tegas terhadap persoalan ini, sesuai dengan ASEAN Outlook in the Indo-Pacific dan prinsip-prinsip pengarah guna membentuk arsitektur versinya sendiri,” kata Jailani di forum diskusi ‘AUKUS: Responses from Southeast Asia’ yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community Indonesia dari Jakarta, Jumat (1/10/2021) malam.
Dikatakan, ASEAN harus konsisten dengan narasi dialog dan kerja sama regional alih-alih fokus dengan rivalitas.
Meski saat ini belum ada pernyataan yang dikeluarkan oleh ASEAN terkait AUKUS, namun Jailani memandang, pesimisme yang mungkin muncul terhadap asosiasi itu seharusnya tidak memecah fokus ASEAN.
“Bukan berarti ASEAN telah terpecah dan sentralitasnya telah terkompromikan secara besar-besaran, kita tak boleh melihatnya dari cara pandang semacam itu. Sekali lagi, anggota ASEAN hanya memiliki kalkulasi strategi berbeda terkait respons spesifik terhadap dinamika baru,” tambahnya.
Jailani mengungkapkan, terlalu spekulatif untuk mengasumsikan bahwa belum adanya langkah yang diambil ASEAN berarti perhimpunan tersebut mungkin menjadi tak lagi relevan, sebuah ide yang ia sempat lihat beredar di laporan media.
“ASEAN sendiri perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi iklim geopolitik dengan dinamika yang baru, terutama dalam pertimbangan masa yang lebih lama,” imbuhnya. (ATN)
Discussion about this post