• About Us
  • Editorial Team
  • Cyber ​​Media Guidelines
  • Karir
  • Kontak
  • en
    • ar
    • zh-CN
    • en
    • fr
    • de
    • id
    • ko
    • no
    • ru
Thursday, December 7, 2023
AsiaToday.id
  • HOME
  • NEWS
  • BUSINESS
  • GREEN ENERGY
  • TRAVEL
  • EVENT
  • SCIENCE & ENVIRONMENT
  • CORPORATION
  • FORUM
No Result
View All Result
  • HOME
  • NEWS
  • BUSINESS
  • GREEN ENERGY
  • TRAVEL
  • EVENT
  • SCIENCE & ENVIRONMENT
  • CORPORATION
  • FORUM
No Result
View All Result
AsiaToday.id
No Result
View All Result
Home CULTURE

Mengapa Perempuan Muda di China Enggan Menikah?

by Redaksi Asiatoday
October 14, 2021
in CULTURE
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Mengapa Perempuan Muda di China Enggan Menikah?

Negeri China. Dok

ASIATODAY.ID, BEIJING – Sebuah fenomena unik datang dari kaum perempuan muda di negeri China.

Pasalnya, hampir 50 persen perempuan muda di negeri itu enggan menikah. Dari jumlah itu, yang paling besar berasal dari mereka yang tinggal di perkotaan.

Hal itu terungkap dalam hasil survei yang dilakukan oleh sayap Liga Pemuda Komunis China. Kesimpulan tersebut diperoleh berdasarkan survei terhadap 2.905 perempuan yang belum menikah yang tinggal di kota-kota China dengan usia 18 hingga 26 tahun. Demikian dilaporkan Insider, Rabu(13/10/2021).

RelatedPosts

‘The Archipelago Street’, Indonesian Artwork Exhibited at UNESCO Headquarters

Mojokerto as the Full of Majapahit Greatness Begins to Go International

Cosmological Axis of Yogyakarta Resmi Jadi Warisan Dunia UNESCO

Sebanyak 44 persen responden perempuan tak berniat untuk menikah. Sementara 25 persen responden pria menyatakan hal yang sama.

Alasan Gen Z China tak ingin menikah, 34,5 persen mengatakan “tidak punya waktu atau energi untuk menikah”. Sementara itu, 60,8 persen Gen Z China yang disurvei mengatakan mereka merasa “sulit untuk menemukan orang yang tepat.”

Responden menyebutkan beberapa alasan lain untuk tidak menikah, termasuk biaya keuangan pernikahan dan beban ekonomi memiliki anak. Sepertiga responden juga mengatakan mereka tidak percaya pada pernikahan, dan persentase yang sama mengatakan mereka tidak pernah jatuh cinta.

Hasil survei ini merupakan pertanda buruk bagi China, yang tahun ini berusaha menerapkan kebijakan baru untuk meningkatkan angka kelahirannya.

Negara tersebut melaporkan penurunan 70 persen dalam tingkat perceraiannya pada kuartal pertama 2021 setelah memberlakukan undang-undang “pendinginan”.

Undang-undang tersebut mengamanatkan bahwa pihak berwenang setempat menunggu satu bulan sebelum menyetujui perceraian pasangan. Undang-undang itu diterapkan dalam upaya untuk meningkatkan tingkat kelahiran China yang lesu dengan mencegah perceraian impulsif.

Mei 2021, China juga meluncurkan kebijakan baru tiga anak, yaitu mencabut larangan sebelumnya untuk memiliki lebih dari dua anak per pasangan. Penghapusan kebijakan dua anak adalah yang kedua kalinya dalam lima tahun di mana China membuat perubahan signifikan pada pedoman pengendalian populasinya.

Pada 2016, pemerintah China membalikkan kebijakan satu anak, yang diterapkan pada 1979 untuk menekan ledakan populasi negara itu. Pergeseran penting dalam kebijakan kependudukan China tahun ini terjadi setelah laporan bahwa negara itu mencatat tingkat pertumbuhan populasi paling lambat sejak 1950-an.

Angka-angka ini terungkap dalam sensus penduduk sekali dalam satu dekade. Sensus tersebut mencatat bahwa tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata penduduk China turun menjadi 0,53 persen selama sepuluh tahun terakhir, turun dari 0,57 persen antara 2000 dan 2010.

Dalam sebuah perbincangan, para milenial China  mengatakan pada Juni 2021 bahwa kebijakan tiga anak tidak mungkin memiliki efek yang diinginkan. Mereka mengatakan, tingginya biaya membesarkan anak-anak, ditambah dengan gaya hidup “9-9-6” mereka yang serba cepat

Angka tersebut bermakna, di mana orang bekerja 12 jam sehari dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam, enam hari seminggu merupakan penghalang mereka. Saat ini total populasi China masih mencapai 1,41 miliar orang. (ATN)

Tags: China
Previous Post

Emirates Siapkan Program Khusus di Dubai Selama Expo 2020

Next Post

Negara di ASEAN Kian Mewaspadai Naiknya Permukaan Laut China Selatan

Next Post
Negara di ASEAN tak akan Pernah Akui Klaim China di Laut China Selatan

Negara di ASEAN Kian Mewaspadai Naiknya Permukaan Laut China Selatan

Discussion about this post

No Result
View All Result

Terbaru

  • Nickel Downstreaming in Indonesia Damages the Ecology and Only Benefits China
  • 5000 Lakes in Indonesia, Home to Biodiversity which is Starting to Be Threatened
  • Jakarta Towards a Global City, Dubai Could Be a Reference
  • Mount Marapi Eruption in Indonesia, 15 People Die
  • Volcanic Activity in Indonesia Increases, Disaster Risk Threatens 4.5 Million Population
  • About Us
  • Editorial Team
  • Cyber ​​Media Guidelines
  • Karir
  • Kontak

© 2022 Asiatoday.id - Asiatoday Network.

No Result
View All Result
  • HOME
  • NEWS
  • BUSINESS
  • GREEN ENERGY
  • TRAVEL
  • EVENT
  • SCIENCE & ENVIRONMENT
  • CORPORATION
  • FORUM

© 2022 Asiatoday.id - Asiatoday Network.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist