ASIATODAY.ID, JAKARTA – Di tengah gembar-gembor Pemerintah Indonesia tentang digitalisasi dan ingin menjadi kekuatan ekonomi dunia, satu masalah besar di depan mata belum tuntas.
Indonesia rupanya belum terbebas dari Buta Aksara. Setidaknya terdapat enam kabupaten maupun kota yang penduduknya masih terdeteksi mengalami Buta Aksara.
Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Jumeri, enam kabupaten atau kota tersebut tersebar di Kalimantan Barat hingga Papua. Khusus Papua, masih jadi daerah yang memiliki angka buta aksara tertinggi di Indonesia, dengan persentase 21,9 persen.
“Nusa Tenggara Barat 7,46 persen, Nusa Tenggara Timur 4,24 persen, Sulawesi Selatan ada 4,22 persen, Sulawesi Barat 3,98 persen dan Kalimantan Barat 3,81 persen,” terang Jumeri dalam konferensi virtual Hari Aksara Internasional, Jumat (4/9/2020).
Jumeri mengatakan, daerah tersebut perlu mendapat perhatian lebih agar permasalahan buta aksara bisa mencapai angka nol persen.
Jumeri mengungkapkan hal ini bukan tugas mudah namun permasalahan ini harus dituntaskan agar perkembangan literasi di Indonesia tidak terhambat.
“Kita masih butuh perjuangan kuat untuk bisa mengangkat daerah itu dari ketertinggalan,” imbuhnya.
Pihaknya juga telah menyiapkan beberapa program pendidikan keaksaraan. Fokusnya, ada pada dareah dengan persentase buta aksara tertinggi.
Pengklasteran daerah tersebut dipandang efektif dalam menurunkan angka buta aksara di Indonesia. Bahkan, Jumeri menyebut bakal membuat koordinasi gabungan (korgab) pemerintah pusat dengan daerah.
“Ke depan akan dibentuk Korgab daerah dengan pusat. Kita cover dengan balai besar penjaminan mutu pendidikan, sehingga nantinya unit-unit kami bisa memastikan berjalannya program keaksaraan,” imbuhnya. (ATN)
Discussion about this post