ASIATODAY.ID, SOLO – Sungai Bengawan Solo mengalami pencemaran parah di beberapa titik. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) mencatat, pada 2019 ini merupakan pencemaran paling terparah dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“Fenomena pencemaran sungai sebenarnya setiap tahun terjadi. Tapi tahun ini paling parah,” kata Kabid Operasi dan Pemeliharaan BBWSBS, Wahyu Kusumastuti, saat dihubungi, Rabu (18/9/2019).
Menurut Wahyu, limbah membuat air Bengawan Solo menjadi hitam pekat saat musim kemarau. Akibatnya, debit air yang semakin berkurang, sementara limbah terus dibuang di sungai.
“Tahun ini kebetulan musim kemaraunya agak panjang dan kering. Jadi debit airnya sedikit,” jelasnya.
Wahyu mengungkapkan, 27 persen aliran sungai Bengawan Solo mengalami pencemaran berat. Sisanya pencemaran ringan dan sebagian tidak tercemar.
Dia mengatakan BBWSBS hanya memiliki fungsi monitor dan evaluasi. Sedangkan untuk teknis penindakan akan dilakukan pemerintah daerah.
“Kami hanya memonitor aliran Bengawan Solo di 28 titik, mana saja yang tercemar. Setelah itu kami sampaikan kepada pihak-pihak terkait,” imbuhnya.
Adapun beberapa titik yang terpantau mengalami pencemaran ialah di Blora. Diduga pencemaran terjadi karena pabrik-pabrik membuang limbah ke sungai.
Di Solo juga demikian, air sungai tercemar alkohol yang diduga dari limbah industri etanol di Sukoharjo. Hal ini menyebabkan Perumda Air Minum Solo sempat menyetop operasi salah satu instalasi pengolahan air selama dua hari. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post