ASIATODAY.ID, JAKARTA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta Pemerintah Indonesia segera menutup dan membongkar museum Holocaust yang didirikan oleh komunitas Yahudi di Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut).
Selain melanggar konstitusi UUD 1945, keberadaan museum itu sangat melukai masyarakat Palestina dan tidak bermanfaat.
“Pembangunan Museum Holocaust ini merupakan pelanggaran nyata terhadap UUD 1945 dan konstitusi RI yang sampai saat ini masih menolak normalisasi hubungan dengan Israel,” tegas Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyiddin Junaidi dalam keterangan resminya dikutip Jumat (4/2/2022).
Muhyiddin mengatakan seharusnya yang bisa dibangun adalah museum kebiadaban dan tindak kekerasan Zionis Israel terhadap bangsa dan rakyat Palestina sejak 1948.
Menurutnya, pemerintah harus segera mengambil tindakan tegas dan menghancurkan bangunan museum tersebut.
Sebab, keberadaan museum itu merupakan bentuk provokatif, tendensius dan menimbulkan kegaduhan baru di tengah masyarakat.
“Pembangunan museum itu tak ada urgensinya sama sekali di bumi Indonesia,” ujarnya.
Di sisi lain, Muhyiddin menyebut Indonesia dan masyarakat dunia juga harus mewaspadai manuver dan proxy Israel dengan memanfaatkan kondisi nasional yg tak stabil. Terlebih lagi saat ini ekonomi sedang mengalami keterpurukan.
Kondisi itu kata Muhyidin, membuka peluang menekan Indonesia agar melakukan normalisasi hubungan dgn Israel.
“Alasan mereka sangat klasik yaitu Indonesia bisa berperan lebih besar dan aktif membantu penyelesaian konflik Arab-Isreal. Itu semua adalah Batman trap saja,” kata dia.
Sebagai referensi, museum Holocaust ini diresmikan bertepatan dengan peringatan hari Holocaust internasional. Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Ina Lapel sempat menghadiri persemian Museum tersebut.
Muhyidin menegaskan Jerman akan selalu mendukung peringatan terhadap kejadian yang dapat menjadi pelajaran universal tersebut. Lapel juga menyebut Jerman akan terus mendukung upaya perlawanan terhadap rasisme, anti-Semitisme, dan semua bentuk intoleransi.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Sekjen MUI) Pusat, KH Amirsyah Tambunan mempertanyakan maksud dari pembangunan museum tersebut.
“Holocaust ini sejarah dimana massa Nazi yang membantai ribuan kaum Yahudi. Kemudian timbul pertanyaan, itu bangsa Nazi dari Jerman kenapa membuat museum Holocaust di Indonesia, ini maksudnya apa,” kata Amirsyah di Kantor MUI, Jakarta Pusat, Kamis (3/2/2022).
Amirsyah menilai, sebaiknya pembangunan museum itu dilakukan di Jerman. Sebab, menurut dia, keberadaan museum tersebut tidak tepat dan tidak cocok dengan nilai-nilai Pancasila yang ada di Indonesia.
“Pembangunan museum itu di Indonesia tidak tepat, tidak relevan. Buat saja di Jerman. Karena itu kan sikapnya tokoh Jerman, namanya Nazi, kok tiba-tiba dibuat di Indonesia, untuk apa,” ujarnya.
Menurutnya, Indonesia memiliki Pancasila dengan sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
“Dan di Indonesia tidak cocok, di Indonesia itu Pancasila, sila kemanusiaan yang adil dan beradab, yang menghargai nilai kemanusiaan, kesemestaan, kecintaan. Jadi tidak boleh, dipertontonkan dalam bentuk pameran atau museum yang seperti itu,” tegas Amirsyah.
Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri, Sudarnoto Abdul Hakim mengungkapkan keberadaan museum itu sangat melukai masyarakat Palestina.
“MUI meminta Pemerintah untuk segera menutup dan membongkar museum Holocaust ini,” tegasnya.
Sudarnoto mengaku terkejut dengan pembangunan Museum Holocaust tersebut, apalagi museum itu diinisiasi oleh komunitas Yahudi yang ada di Sulawasi Utara.
Sudarnoto pun menyoroti konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel. Baginya, sejak tahun 1948 sampai saat ini persoalan di Palestina tak kunjung terselesaikan karena ulah zionis Israel.
“Zionisme ini sama jahatnya dengan Holocaust Nazi. Ini tak bisa ditolerir. Atas kejahatan zionisme itu juga Israel seharusnya diseret ke pengadilan internasional,” serunya.
“Karena Indonesia sebagai negara dan bangsa pembela Palestina sejak dulu, menjadi aneh tiba-tiba menjadi tempat peringatan Holocaust, dan ini museum terbesar di Asia Tenggara,” kata Sudarnoto.
Menurut Sudarnoto, pembangunan museum ini bisa dijadikan komoditas dan momentum bagi para pemain politik di tingkat global maupun di Israel. Mereka akan semakin meyakinkan Indonesia untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel. (ATN)
Discussion about this post