ASIATODAY.ID, JENEWA – Beberapa agensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengungkapkan bahwa krisis kelaparan di Suriah terancam memburuk di tengah berlangsungnya pandemi Covid-19.
Kendati saat ini situasinya masih relatif terkendali, namun dikhawatirkan sewaktu-waktu kian memburuk.
Dalam konferensi di Jenewa, Program Makanan Dunia (WFP) mengatakan bahwa jumlah orang yang kekurangan makanan di Suriah telah meningkat 1,4 juta dalam 6 bulan terakhir.
“Harga makanan juga melonjak lebih dari 200 persen dalam setahun terakhir karena ambruknya perekonomian negara tetangga, Lebanon dan juga pembatasan seputar covid-19 di Suriah,” kata juru bicara WFP Elisabeth Byrs, melansir Asharq al-Awsat, Sabtu (27/6/2020).
Setelah konflik bersenjata di Suriah berlangsung selama 9 tahun, lebih dari 90 persen populasi di negara tersebut hidup dengan penghasilan di bawah USD2 atau Rp28 ribu per hari.
Menurut Akjemal Magtymova, perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Suriah, kebutuhan kemanusiaan bagi warga Suriah semakin bertambah besar di tengah pandemi covid-19.
“Kurang dari separuh rumah sakit umum di Suriah beroperasi dengan baik. Sementara separuh dari total pekerja kesehatan telah melarikan diri dari Suriah sejak dimulainya konflik,” kata Magtymova.
Berdasarkan data Universitas Johns Hopkins pada Sabtu ini, total kasus covid-19 di Suriah telah mencapai 255 dengan 8 kematian dan 102 pasien sembuh.
“Angka-angka saat ini kemungkinan jauh dari jumlah sebenarnya, dan ini bukan hal aneh di Suriah,” sebut Richard Brennan, direktur urusan darurat WHO untuk kawasan Timur Tengah.
Brennan khawatir penyebaran covid-19 di Suriah dapat berlangsung seperti di Irak, Mesir, atau Turki, yang awalnya relatif lambat, kemudian melonjak tajam dalam waktu singkat. (ATN)
Discussion about this post