ASIATODAY.ID, NEW YORK – Sebanyak ratusan pengungsi Rohingya diselamatkan oleh Bangladesh dan dikirim ke pulau rawan banjir setelah terdampar di laut selama berminggu-minggu. Mereka harus dipindahkan ke kamp-kamp pengungsi yang ada, kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Guterres mengajukan permintaan ke Menteri Luar Negeri Bangladesh dalam sebuah surat yang diperoleh pada Minggu oleh kantor berita AFP.
Pengungsi Rohingya itu diselamatkan pada awal Mei setelah terapung-apung di Teluk Bengal dan dikirim ke pulau Bhashan Char, sebidang tanah berlumpur yang rentan terhadap badai monsun.
Dhaka mengatakan 308 orang dikirim ke pulau itu daripada ke kamp-kamp di Cox’s Bazar karena pihak berwenang khawatir mereka mungkin menderita penyakit virus, yang juga dikenal sebagai Covid-19.
Guterres mengatakan, para pengungsi harus dipindahkan ke kamp setelah waktu mereka di karantina selesai. Dhaka belum mengatakan berapa lama Rohingya akan tetap terisolasi.
“Sementara mereka yang diselamatkan di laut dapat dikarantina untuk tujuan kesehatan masyarakat, mereka juga harus memperpanjang perlindungan yang layak mereka dapatkan sebagai pengungsi,” kata Guterres dalam suratnya kepada Menteri Luar Negeri AK Abdul Momen pada Jumat.
“Saya percaya bahwa mereka juga, akan mendapat manfaat dari layanan kemanusiaan yang ditawarkan kepada Rohingya di Bangladesh dan bahwa, pada akhir periode karantina mereka akan diizinkan untuk bergabung kembali dengan keluarga mereka di Cox’s Bazar,” imbuhnya, melansir Al Jazeera, Senin (18/5/2020).
Momen mengatakan kepada AFP bahwa dia belum menerima surat itu tetapi mengatakan mereka yang khawatir tentang Bhashan Char harus menjadi tuan rumah bagi Rohingya di negara mereka sendiri. Tempat fasilitas untuk 100.000 orang itu dibangun tahun lalu.
“Kami tidak ingin lagi menerima Rohingya,” kata Momen kepada AFP.
“Kami tidak punya tempat lain untuk menjaga mereka. Jika mereka (negara lain) tidak menyukai Bhashan Char, biarkan mereka membawa mereka kembali ke negara mereka. (Atau) yang lain, biarkan mereka kembali ke Myanmar,” tuturnya.
Dia mengatakan lebih banyak tekanan harus diberikan pada Myanmar untuk memulangkan Rohingya ke negara bagian asal mereka, Rakhine.
Hampir satu juta Rohingya tinggal di kamp-kamp yang padat di Cox’s Bazar. Banyak yang melarikan diri dari Myanmar setelah tindakan keras militer 2017.
Tim darurat berlomba untuk melacak penyebaran virus korona di kamp-kamp setelah konfirmasi empat kasus.
Sementara itu, Amnesty International melaporkan pada Jumat bahwa setidaknya 1.000 Rohingya tetap terdampar di lepas pantai Aceh Indonesia ketika negara-negara Asia Tenggara memperketat perbatasan mereka.
Kelompok itu mendesak tindakan segera untuk memastikan mereka tidak dilarung di “kuburan tak terlihat” di laut. (ATN)
Discussion about this post