ASIATODAY.ID, LOMBOK – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo meluncurkan Desa Wisata Sasak, Ende, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (25/7/2019).
Agar desa wisata ini menarik, Menteri Eko menekankan agar semua stakeholder berkomitmen menjaga lingkungan, terutama dari sampah plastik.
“Pemda sebaiknya membuat Peraturan Daerah yang melarang penggunaan plastik di daerah ini. Kita harus membiasakan untuk menggunakan produk natural misalnya produk berbahan kayu, anyaman bambu, pandan, rumput-rumputan,” jelas Eko.
Menurut Eko, penggunaan produk non plastik ini juga dapat memberdayakan masyarakat. NTB, menurutnya, perlu mencontoh Bali dan NTT, yang sudah mulai menerapkannya.
“NTB jangan sampai ketinggalan kereta,” tandasnya.
Dia juga meminta desa wisata di NTB mencontoh desa di Pujon, Malang, Jawa Timur, dan Ponggok, Klaten, Jawa Tengah, yang dinilai sukses membangun desa wisata.
“Kalau mereka bisa, Nusa Tenggara Barat bisa. Mulai dari perda plastik nanti turis di homestay bisa ikut nganyam, ” sambung Eko.
Langkah pemerintah mengembangkan Desa Wisata Sasak Ende ini, disambut antusias masyarakat setempat. Sebab, Ende memang dikenal memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri.
Ya, dari konstruksi bangunan rumah-rumah warga saja sudah terbilang unik. Rata-rata rumah warga di Ende ini dibangun dengan bahan tanah liat.
Ende merupakan dusun yang masih bersifat tradisional. Penduduk dusun ini menjalani aktivitas sehari-hari dengan memegang teguh tradisi yang masih mengakar dari para leluhurnya.
Memulai perjalanan dari Kota Mataram, menempuh jarak 40 km atau 60 menit waktu tempuh, Anda akan disambut hangat oleh masyarakat Dusun Ende. Tidak sulit menemukan dusun yang letaknya di sebelah kanan jalan ini. Jika Anda kebetulan sedang menuju Pantai Kuta dari Mataram, ada sebuah papan informasi yang bertuliskan “Welcome to Sasak Village”. Papan ini menjadi panduan sekaligus undangan bagi Anda untuk sejenak singgah melihat dusun yang masih tradisional ini.
Memiliki luas sekitar 1 hektare, mengitari Dusun Ende tidak memakan waktu yang lama. Melihat rumah yang beratapkan alang-alang yang menjadi ciri Suku Sasak tentu menjadi pemandangan yang menarik. Atap rumah yang dibuat miring memang disengaja agar para tamu yang mengunjungi rumah harus menundukkan kepala sebagai penghormatan kepada sang pemilik rumah.
Ada tradisi unik yang dimiliki Suku Sasak, yaitu kawin lari. Dalam tradisi ini, pihak pria membawa lari wanita yang disukainya. Ini dilakukan tanpa diketahui oleh orangtua si wanita. Pelarian yang dilakukan biasanya berlangsung selama 3 hari. Setelah itu, orangtua wanita akan menebus untuk membicarakan kelanjutan hubungan ke jenjang yang lebih serius.
Pernikahan di Dusun Ende biasanya dilakukan di seputar lingkungan dusun. Perkawinan antarsepupu atau saudara masih sering terjadi. Jika ada seseorang yang ingin menikah dengan pihak luar dusun, orang tersebut diharuskan membayar denda yang nilainya cukup besar untuk kalangan masyarakat dusun.
Agama Islam yang menjadi agama mayoritas Dusun Ende juga tak membuat tradisi yang telah berumur ratusan tahun ini menjadi pudar. Percampuran tradisi dan agama Islam yang membaur menjadikan Dusun Ende salah satu dusun yang wajib Anda kunjungi ketika berada di Pulau Lombok.
Sebagai informasi, Kemendes PDTT beserta Pemprov meluncurkan 100 desa wisata. Desa Ende ditunjuk sebagai pilot project-nya. Sedangkan platform traveling Goers ditunjuk sebagai wadah yang menghubungkan desa wisata, pemda, hingga para traveler dalam urusan tiket elektronik. (AT Network).
,’;\;\’\’
Discussion about this post