ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia membutuhkan dukungan penguasaan teknologi untuk produksi sorgum sebagai upaya memperkuat ketahanan pangan.
Pasalnya, bahan pangan sorgum dinilai bisa menjadi solusi menghadapi ancaman krisis pangan dunia.
Menurut Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko, krisis pangan menjadi salah satu isu yang saat ini tengah melanda dunia, tidak terkecuali di Indonesia.
Berbagai tantangan bidang pertanian terus menghantui seperti perubahan cuaca yang ekstrim seperti kekeringan, kebanjiran, suhu ekstrem, ledakan serangan hama dan penyakit, dan bencana lainnya.
“Penggunaan bahan kimia pertanian yang berlebihan, penggunaan air yang tidak berkelanjutan, degradasi tanah turut berkontribusi terhadap penurunan produktivitas pertanian. Degradasi sumber daya menjadi persoalan yang cukup serius terhadap penyediaan pangan global,” ujar Handoko dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (4/11/2022).
Dikatakan, sorgum bisa menjadi alternatif dalam menghadapi krisis pangan. Hal ini karena kandungan nutrisinya memiliki kadar protein lebih tinggi dibandingkan dengan beras. Namun hal tersebut perlu didukung dengan penguasaan teknologi produksi sorgum, sehingga penguatan riset ke arah sana menjadi penting.
“Dampak pandemi Covid-19 masih terasa, serta diperparah dengan perang Rusia-Ukraina semakin mengganggu penyediaan pangan dan energi dunia. Untuk itu, perlu alternatif solusi, dan penguasaan teknologi produksi sorgum ini menjadi penting dalam mengantisipasi krisis pangan,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Majelis Profesor Riset yang juga Peneliti di Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan Bambang Subiyanto mengatakan sorgum sebagai komoditas yang memiliki daya adaptasi luas khususnya pada lahan marjinal dengan tingkat kesuburan rendah sehingga tidak akan mengganggu produksi komoditas pangan lainnya yang sudah exis.
“Walaupun secara genetik sorgum memiliki ketahanan pada kondisi ekstrim, teknologi pengelolaan tanaman juga berperan dalam menghasilkan produksi yang optimal,” ujarnya.
Dia menambahkan teknologi pengelolaan tanaman sorgum harus diperkuat, meliputi penyediaan benih berkualitas dari varietas unggul, penerapan teknologi budidaya sesuai kebutuhan tanaman dan spesifik lingkungan, pengelolaan panen dan pascapanen yang tepat serta pengembangan aneka ragam produk olahan sorgum.
Mitigasi Krisis Pangan
Sebelumnya, Presiden Jokowi memerintahkan jajarannya untuk mendesain rencana besar dalam menghadapi ancaman krisis pangan global, salah satunya dengan memanfaatkan alternatif bahan pangan.
“Banyak pilihan-pilihan yang bisa kita kerjakan di negara kita, diversifikasi pangan, alternatif-alternatif bahan pangan, tidak hanya tergantung pada beras karena kita memiliki beras, karena kita memiliki jagung, memiliki sagu, dan juga sebetulnya tanaman lama kita, yang ketiga adalah sorgum,” kata Presiden Jokowi, usai menanam sekaligus menyaksikan panen sorgum bersama Ibu Iriana Joko Widodo di PT Sorghum Indonesia, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kamis (02/06/2022) lalu.
Presiden mengatakan bahwa panen sorgum di lahan tersebut menunjukkan hasil yang sangat baik dan berpotensi untuk memberikan lapangan kerja baru, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
“Sudah dicoba di Kabupaten Sumba Timur seluas 60 hektare, dan kita melihat sendiri hasilnya, seperti tadi kita lihat, sangat baik, secara keekonomian juga masuk, bisa merekrut banyak sekali SDM tenaga kerja kita, dan hasilnya per hektare per tahun bisa bersih kurang lebih Rp50-an juta, ini juga sangat bagus,” tutur Kepala Negara.
Oleh karena itu, Kepala Negara memerintahkan pemerintah daerah untuk memastikan luasan lahan yang dapat digunakan untuk menanam sorgum sehingga tidak bergantung pada bahan pangan lainnya.
“Karena di sini juga sudah dicoba jagung kurang berhasil, coba sorgum sangat berhasil karena memang sebelumnya sorgum itu sudah bertumbuh baik dan ditanam oleh para petani kita di Sumba Timur dan di Provinsi Nusa Tenggara Timur,” ujar Presiden.
Selanjutnya, Presiden mengatakan bahwa lahan tersebut dapat menghasilkan lebih dari 5 ton sorgum per hektare. Kepala Negara menyebut, pemerintah akan terus mengembangkan potensi tanaman sorgum di provinsi tersebut sebagai alternatif bahan pangan.
“Kita ingin setelah dari uji coba ini sudah ketemu, kendalanya apa sudah ketemu, problemnya apa sudah ketemu, kita akan memperbesar tanaman sorgum ini di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan harapan, kita memiliki alternatif pangan dalam rangka menghadapi krisis pangan dunia,” ucap Presiden.
Sebelumnya, Presiden dan Ibu Iriana juga berkesempatan meninjau pengolahan hasil panen sorgum, menanam bibit sorgum dengan menggunakan alat tanam biji benih, dan menyaksikan panen sorgum. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post