• About Us
  • Editorial Team
  • Cyber ​​Media Guidelines
  • Karir
  • Kontak
  • id
    • ar
    • zh-CN
    • en
    • fr
    • de
    • id
    • ko
    • no
    • ru
Saturday, December 2, 2023
AsiaToday.id
  • HOME
  • NEWS
  • BUSINESS
  • ENERGI HIJAU
  • TRAVEL
  • EVENT
  • SAINS & LINGKUNGAN
  • KORPORASI
  • FORUM
No Result
View All Result
  • HOME
  • NEWS
  • BUSINESS
  • ENERGI HIJAU
  • TRAVEL
  • EVENT
  • SAINS & LINGKUNGAN
  • KORPORASI
  • FORUM
No Result
View All Result
AsiaToday.id
No Result
View All Result
Home SCIENCE AND ENVIRONMENT

PERUBAHAN IKLIM GLOBAL: Suhu Bumi Naik, 2020 Jadi Tahun Terpanas

by Redaksi Asiatoday
August 28, 2020
in SCIENCE AND ENVIRONMENT
Reading Time: 2 mins read
A A
0
PERUBAHAN IKLIM GLOBAL: Suhu Bumi Naik, 2020 Jadi Tahun Terpanas

Perubahan iklim global memicu naiknya suhu bumi. Tahun ini Bumi diperkirakan akan sangat panas. Ilustrasi

ASIATODAY.ID, JAKARTA – Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan, perubahan iklim global mengakibatkan naiknya suhu bumi.

Bahkan gelombang panas yang terjadi saat ini masih akan lebih tinggi dari biasanya meskipun ada efek pendinginan suhu akibat La Nina, yang diperkirakan terjadi dalam beberapa bulan mendatang,

Menurut WMO, diperkirakan peristiwa La Nina akan terjadi antara September dan November mendatang.

RelatedPosts

Asian Cities Face Environmental Resilience Problems

COP28: 3 Countries Owning the Largest Tropical Forests in the World Collaborate on Climate Action

Norwegian PM Announces $100 Million in Additional Funds to Reduce Deforestation in Indonesia

Kepala WMO, Petteri Taalas memperingatkan, kendati pun terjadi La Nina, sinyal pendinginannya tidak akan cukup untuk mengimbangi dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

“Tahun 2020 akan menjadi tahun terpanas di bumi. Banyak cuaca ekstrem akan terjadi mulai dari suhu yang menyengat, kebakaran hutan hingga banjir yang menghancurkan dan gelombang panas laut,” jelasnya, dikutip AFP dan CNA, Jumat (28/8/2020).

“Ini sebagian besar adalah hasil dari gas rumah kaca daripada penggerak iklim yang terjadi secara alami,” sambungnya.

La Nina dianggap sebagai saudara badai El Nino, yang terjadi setiap dua hingga tujuh tahun, ditandai adanya suhu yang rendah pada samudera pasifik di sekitar ekuator.

El Nino, memiliki pengaruh besar pada cuaca dan pola iklim serta bahaya terkait seperti hujan lebat, banjir dan kekeringan, memiliki pengaruh pemanasan pada suhu global, sedangkan La Nina cenderung memiliki efek sebaliknya.

“La Nina terakhir terjadi singkat dan agak lemah, mulai berkembang pada November 2017 dan berakhir pada April 2018,” kata Taalas seraya menambahkan bahwa yang diharapkan tahun ini juga akan lemah.

Badan PBB merunjuk data terbaru yang menunjukkan bahwa suhu permukaan laut untuk tiga bulan mendatang diperkirakan di atas rata-rata untuk sebagian besar dunia, sesuatu yang pada gilirannya akan mempengaruhi suhu permukaan tanah.

Dikatakan, mempertimbangkan La Nina dan pengaruh iklim regional lainnya, ada kemungkinan curah hujan musiman di bawah normal di Afrika dan Afrika Selatan, serta di Pasifik Barat dan Selatan dan di seluruh Amerika Utara bagian tengah.

Di sisi lain, dikatakan ada peningkatan kemungkinan curah hujan lebih dari normal di Asia Selatan dan Tenggara dan sebagian Australia.

Pengumuman Kamis (27/8/2020) datang ketika monster Badai Kategori 4 menghantam negara bagian Louisiana, Amerik bagian selatan, beberapa bulan ke dalam apa yang tampaknya menjadi salah satu musim badai Atlantik tersibuk yang pernah tercatat.

Seorang juru bicara WMO mengatakan pada Kamis (27/8), El Nino cenderung menekan aktivitas badai. Jadi tidak adanya El Nino tahun ini telah berkontribusi pada musim badai yang aktif. (ATN)

Tags: Climate ChangeClimate CrisisClimate EmergencyGlobal WarmingLa NinaPerubahan IklimWMO
Previous Post

Dikepung Banjir, Aktivitas Indonesia Weda Bay Industrial Park Lumpuh

Next Post

Brutalnya Israel, Hancurkan Satu Desa di Palestina

Next Post
Brutalnya Israel, Hancurkan Satu Desa di Palestina

Brutalnya Israel, Hancurkan Satu Desa di Palestina

Discussion about this post

No Result
View All Result

Terbaru

  • Asian Cities Face Environmental Resilience Problems
  • Indonesia Re-Elected as Member of the IMO Council Category C for the 2024-2025 Period
  • COP28: 3 Countries Owning the Largest Tropical Forests in the World Collaborate on Climate Action
  • OIC Foreign Ministers’ Declaration: Stop the Gaza Crisis Now
  • Norwegian PM Announces $100 Million in Additional Funds to Reduce Deforestation in Indonesia
  • About Us
  • Editorial Team
  • Cyber ​​Media Guidelines
  • Karir
  • Kontak

© 2022 Asiatoday.id - Asiatoday Network.

No Result
View All Result
  • HOME
  • NEWS
  • BUSINESS
  • ENERGI HIJAU
  • TRAVEL
  • EVENT
  • SAINS & LINGKUNGAN
  • KORPORASI
  • FORUM

© 2022 Asiatoday.id - Asiatoday Network.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist