ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pelatih tim nasional Indonesia Shin Tae-yong mengungkapkan optimismenya dalam perburuan gelar juara Piala AFF 2020 usai kalah 0-4 dari Thailand di leg pertama final Piala AFF 2020 yang berlangsung di Stadion Nasional, Singapura, Rabu (29/12/2021) malam.
“Kami tidak akan menyerah. Saya akan meminta pemain untuk memikirkan hasil laga leg pertama agar mereka dapat mengeluarkan kembali potensi terbaik seperti saat babak penyisihan grup,” kata Shin Tae-yong dalam konferensi pers virtual setelah pertandingan.
Shin Tae-yong memahami akan berat untuk membalikkan situasi setelah kalah empat gol. Apalagi Thailand, menurut pelatih timnas Korsel di Piala Dunia 2018 itu, merupakan salah satu tim terbaik di kawasan Asia Tenggara, bersama dengan Vietnam.
Namun, menurut Shin, apapun bisa terjadi. Dia pun meminta anak-anaknya untuk tetap menegakkan kepala dan mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk laga leg kedua.
“Bola itu bundar. Kami harus bekerja keras untuk leg kedua. Kami mengetahui bahwa kami mendapatkan dukungan dari para suporter. Demi mereka, kami mau meraih hasil yang baik,” tutur Shin.
Shin Tae-yong mengakui Thailand bermain lebih baik dan berpengalaman.
“Thailand tampil sempurna hari ini, tetapi tidak dengan kami. Saya mengakui kekalahan ini,” ujar Shin.
Menurut dia, para pemainnya gugup setelah lawan mencetak gol pertama saat laga baru berlangsung 2 menit melalui kaki Chanathip Songkrasin.
Hal itu dianggap Shin tidak lepas dari kurangnya pengalaman para pemainnya, yang rata-rata berusia 23 tahun ke bawah, menghadapi partai final turnamen sebesar Piala AFF.
Dari semua pemain yang diturunkan Shin dalam pertandingan puncak tersebut, hanya Fachruddin Aryanto yang pernah mencicipi pertandingan final Piala AFF tepatnya pada 2016, saat Indonesia juga melawan Thailand.
Nama lain yakni Evan Dimas sejatinya masuk skuat final Piala AFF 2016, tetapi ketika itu hanya mengisi bangku cadangan selama dua leg final.
“Permasalahan kami adalah kurangnya pengalaman. Gol pertama Thailand membuat pemain gugup dan kami kesulitan. Sebenarnya kami memiliki peluang untuk menyamakan kedudukan pada akhir babak pertama, tetapi Alfeandra Dewangga gagal membuat gol,” kata Shin.
Sementara itu, pelatih timnas Thailand Alexandre Polking mengklaim strategi yang diterapkan skuatnya berhasil mematahkan taktik Indonesia.
Hal itu menjadi salah satu faktor yang membuat Indonesia sulit mengembangkan permainan dan akhirnya kalah 0-4.
“Kami mengetahui Indonesia memiliki pemain yang bagus terutama pemain sayap. Jadi kami mengubah sistem ke 4-2-3-1 untuk menutup jalur itu,” ujar juru taktik berkewarganegaraan Brasil-Jerman tersebut.
Menurut Polking, timnya dapat menjalankan perubahan-perubahan dengan baik, termasuk ketika dirinya menempatkan Weerathep Pomphan, yang awalnya gelandang, menjadi bek setelah bek tengah.
Yusef Elias Dolah ditarik keluar karena cedera. Menurut Polking, perubahan itu cukup berisiko tetapi harus dilakukan agar timnya tetap mengendalikan pertandingan dan mendominasi penguasaan bola.
“Performa yang luar biasa dari pemain. Saya ingin mengucapkan selamat kepada mereka yang dapat mengeksekusi ide dan strategi di lapangan dengan baik sehingga kami dapat mengakhiri pertandingan dengan kemenangan,” ujarnya.
Dengan selisih empat gol, Polking menilai peluang timnya untuk menjadi juara Piala AFF 2020 semakin besar. Akan tetapi, dia meminta anak-anak asuhnya untuk selalu fokus dan tidak tenggelam dalam euforia.
“Kami memiliki keuntungan besar dan satu tangan kami sudah menggenggam trofi juara untuk dibawa ke Thailand. Semua ini tentunya tidak bisa dilakukan tanpa pemain. Pekerjaan sebagai pelatih akan jauh lebih mudah jika memiliki pemain-pemain berkualitas tinggi seperti yang ada di tim ini,” kata Polking.
Pertandingan leg kedua final Piala AFF 2020 akan digelar pada Sabtu (1/1) malam di Stadion Nasional, Singapura. (ATN)
Discussion about this post