ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pidato geopolitik Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Prabowo Subianto dalam forum International Institute for Strategic Studies (IISS) Shangri-La Dialogue 2022 di Singapura bertajuk ‘Mengelola Persaingan Geopolitik di Kawasan Multipolar’, menjadi sorotan dari para pakar luar negeri.
Pasalnya, pidato Prabowo telah membangkitkan gelombang persatuan ASEAN dalam merespon rivalitas geopolitik di Indo Pasifik.
Sorotan pertama datang dari dosen senior National University of Malaysia, Hoo Chiew Ping.
“Prabowo menyampaikan salah satu komentar yang paling menarik (bukan narasi Barat seperti biasanya). Beberapa penonton bertepuk tangan sebelum mengakhiri penyampaiannya (juga jarang terjadi). Saya akan menyoroti beberapa poin yang dia buat di sini,” ujarnya dikutip dari akun Twitter resminya @HooCP, yang dimonitor dari Jakarta, Senin (13/6/2022).
Hoo kemudian membuat sebuah utas yang menjelaskan sejumlah poin dalam pidato Prabowo.
“Ia memulai penampilannya dengan gelombang gerakan independensi setelah perang dunia kedua untuk berargumen tentang antikolonialisme di antara negara-negara yang lebih kecil atau lebih lemah ketika menghadapi tekanan kekuatan besar dunia,” tulis Hoo dalam cuitannya.
Menurut Hoo, Prabowo juga mencontohkan bagaimana negara-negara Asia percaya pada kepemimpinan yang bijaksana karena mereka adalah yang paling terpengaruh oleh kekuatan besar.
Kesamaan pengalaman dalam menghadapi penjajahan dan perbudakan membuat negara-negara Asia mencari cara kolektif untuk menciptakan lingkungan yang ramah.
Hoo lalu mengutip pernyataan Prabowo yang ia anggap merupakan sorotan dari pidato, yakni ketika Prabowo mengatakan bahwa negara-negara ASEAN memahami persaingan antara kekuatan dunia yang meningkat dan China telah menjadi kekuatan besar selama ribuan tahun di kawasan Asia Tenggara.
“Hal ini juga berlaku di India, baik wilayah maupun budaya telah memengaruhi wilayah tersebut. #SLD22 /6,” tulis Hoo.
Sorotan terhadap penampilan Prabowo juga datang dari mantan Shangri-La Dialogue Senior Fellow William Choong, yang kini berprofesi sebagai Senior Fellow di ISEAS-Yusof Ishak Institute Singapura.
“Saya baru saja menetap, tetapi sepertinya pidato @prabowo cukup singkat, katakanlah 12 menit? Dalam satu tahun, pembicara sebelumnya agak mengoceh, melompat dari halaman ke halaman. Penyampaian Prabowo singkat dan tajam,” ujarnya, melalui akun Twitter resminya @willschoong.
Pertahanan Negara
Dalam pidatonya, Prabowo menegaskan bahwa Indonesia tidak akan pernah bisa mengabaikan pertahanan negara.
Prabowo menjelaskan, Indonesia sebagai negara dengan politik luar negeri bebas aktif (non blok) menghormati kepentingan semua negara dan tidak memihak. Namun, Indonesia akan mempertahankan negara dengan segala cara yang dimiliki.
“Situasi di Ukraina mengajarkan kami bahwa kami tidak akan pernah bisa mengabaikan keamanan dan kemerdekaan kita begitu saja. Oleh karena itu, kami bertekad untuk memperkuat pertahanan kami dan itulah kata kuncinya. Outlook kami defensif, tetapi kami telah menyatakan bahwa kami akan mempertahankan wilayah kami dengan segala cara yang kami miliki,” tegas Prabowo.
Menhan Prabowo menyatakan bahwa pentingnya menghormati semua sahabat, negara tetangga telah menghasilkan hubungan yang harmonis antara negara di Asia selama beberapa dekade meski masih ada persaingan teritorial.
“Dalam pengalaman kami, selama 40 hingga 50 tahun terakhir, kami telah menemukan cara kami sendiri, cara Asia untuk menyelesaikan tantangan ini. Kami memutuskan bahwa pengalaman bersama kami didominasi, diperbudak, dieksploitasi, memaksa kami sekarang untuk berjuang, untuk menciptakan lingkungan yang damai, lingkungan yang bersahabat,” ujarnya.
Menhan Prabowo pun mengatakan bahwa kekuatan besar di dunia, China dan Amerika Serikat (AS), telah menyadari tanggung jawab besar untuk menjaga perdamaian dunia dengan kebijaksanaan dan kebajikan.
“Sebagaimana yang diajarkan Konfusius, bahwa kekuasaan dan kepemimpinan harus selalu datang dengan kebajikan. Dengan segala tantangan yang kita hadapi, kita optimis, kita yakin bahwa kebijaksanaan, rasionalitas, akal sehat akan menang,” ujar Menhan Prabowo Subianto mengakhiri pidatonya.
IISS Shangri-La Dialogue 2022 yang berlangsung mulai 10 sampai 12 Juni 2022 merupakan ajang penting pemimpin-pemimpin pertahanan di Asia Pasifik, di mana para menteri membicarakan tantangan keamanan terkini di kawasan Indo Pasifik, serta memberikan kesempatan pertemuan-pertemuan bilateral untuk menghasilkan pendekatan-pendekatan baru dalam penyelesaian permasalahan pertahanan.
US Multilateral Meeting
Pada rangkaian kegiatan itu, Menhan Prabowo juga mengikuti US Multilateral Meeting, Jumat (10/6). Pertemuan ini diikuti oleh Menteri Pertahanan negara-negara yang hadir dalam Shangri-La Dialogue 2022 dan Delegasi Amerika Serikat yang dipimpin Menteri Pertahanan Amerika Serikat H.E. Lloyd James Austin III.
Dalam pertemuan ini, Prabowo menjelaskan bahwa selaras dengan tujuan strategis memajukan Indo Pasifik yang bebas dan terbuka yang lebih terhubung, sejahtera, aman, dan tangguh, diperlukan partisipasi dan kerja sama dari negara-negara di Kawasan Indo Pasifik.
Menhan Prabowo juga meyakini bahwa ASEAN akan terus menjaga netralitas dalam lingkungan strategis yang cenderung diwarnai persaingan kepentingan. ASEAN Outlook on Indo-Pacific menekankan kepada kepemimpinan kolektif ASEAN dalam menempa dan membentuk visi untuk kerja sama yang lebih erat di Indo Pasifik, serta mempertahankan posisi sentralnya dalam arsitektur regional yang berkembang di Asia Tenggara dan sekitarnya.
“Ini adalah perspektif di mana kawasan Asia Pasifik dan Samudra Hindia dipandang bukan sebagai ruang teritorial yang berdekatan, tetapi sebagai kawasan yang terintegrasi dan saling berhubungan erat dengan ASEAN, memainkan peran sentral dan strategis,” tandas Prabowo. (ATN)
Discussion about this post