ASIATODAY.ID, JAKARTA – PT Perusahaan Listik Negara (Persero) Indonesia atau PLN mencatatkan kerugian senilai Rp38,87 triliun sepanjang kuartal-I 2020. Di periode yang sama tahun lalu, perusahaan ini berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp4,14 triliun.
Menyitat laporan keuangan PLN, Selasa (16/6/2020), di kuartal I PLN mengantongi pendapatan usaha sebesar Rp72,7 triliun atau meningkat 5,48 persen dibandingkan dengan periode yang sama di 2019. Pendapatan tersebut ditopang pendapatan dari penjualan listrik Rp70,24 triliun atau naik 5,08 persen dibanding kuartal I-2019 yang sebesar Rp66,84 triliun.
Kemudian pendapatan dari penyambungan listrik pelanggan sebesar Rp1,83 triliun atau meningkat 13,87 persen dari kuartal I tahun lalu, serta pendapatan usaha lain-lain sebesar Rp622,61 miliar.
Kendati demikian, di sisi beban usaha, PLN mengalami lonjakan yang drastis yakni sebanyak tujuh persen dari Rp73,63 triliun di kuartal I-2019 menjadi Rp78,8 triliun di tiga bulan pertama tahun ini.
Membengkaknya beban usaha yang ditanggung perseroan dikarenakan biaya pembelian tenaga listrik dari perusahaan produsen listrik swasta (IPP) sebesar Rp25,83 triliun atau meningkat 29,47 persen dari Rp19,95 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan juga terjadi pada beban sewa sebesar 7,06 persen menjadi Rp1 triliun. Demikian juga dengan beban pemeliharaan yang naik 3,23 persen secara tahunan menjadi Rp4,35 triliun. Meskipun untuk beban usaha dari pembelian bahan bakar dan pelumas mengalami penurunan 6,78 persen dari Rp32,95 triliun di kuartal I-2019 menjadi Rp30,72 triliun.
Penurunan tersebut paling besar untuk pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 20,7 persen menjadi Rp4,9 triliun, pembelian gas alam turun 3,4 persen menjadi Rp13,1 triliun, dan juga batu bara turun 4,2 persen menjadi Rp11,7 triliun. Penurunan juga terjadi pada beban kepegawaian dari Rp5,61 triliun menjadi Rp5,60 triliun.
Namun jika dihitung, beban usaha PLN lebih tinggi dibanding pendapatan yang diperoleh. Hal ini yang membuat PLN mengalami kerugian. Nilai kerugian usaha sebelum subsidi sebesar Rp6,09 triliun atau naik 29,13 persen dari tahun lalu di periode yang sama sebesar Rp4,71 triliun.
Di sisi lain, pemerintah juga membayarkan utang subsidi listrik sebesar Rp12,89 triliun di kuartal I, atau meningkat 11,09 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp11,52 triliun.
Selain itu, perusahaan setrum ini juga mengalami kerugian akibat selisih kurs yang sebesar Rp51,97 triliun. Kondisi ini berbeda dibanding periode yang sama tahun lalu saat PLN mengantongi keuntungan selisih kurs sebesar Rp4 triliun.
Adapun posisi aset PLN hingga kuartal I tercatat sebesar Rp1.589 triliun. Asetnya meningkat dari akhir Desember 2019 yang sebesar Rp1.585 triliun. Lebih jauh, liabilitas PLN di kuartal I mencapai Rp694,79 triliun atau meningkat dibandingkan liabilitas pada akhir Desember 2019 yang senilai Rp655,67 triliun. (ATN)
Discussion about this post