ASIATODAY.ID, JAKARTA – Presiden FIFA, Gianni Infantino mengungkapkan Piala Dunia 2022 akan membantu memperbaiki catatan Hak Asasi Manusia (HAM) di Qatar.
Perubahan telah dilakukan di negara yang pada November-Desember 2022 akan menjadi tuan rumah perhelatan 4 tahunan itu. Keyakinan itu disampaikan oleh Gianni Infantino saat berbicara di KTT Inovasi Dunia untuk Kesehatan (WISH) di Doha.
“Qatar benar-benar menjadi pusat di dunia. Bukan karena Piala Dunia, tapi yang pasti sorotan Piala Dunia juga membantu menempatkan Qatar di peta internasional. Dan hal-hal telah berubah,” ujarnya seperti dilansir Daily Mail.
“Kami telah berbicara tentang pekerja, tentang hak-hak pekerja dan tentang hak asasi manusia – beberapa kritik dilontarkan, memang seharusnya, dan perubahan telah terjadi.”
Kritikan terhadap pelanggaran hak asasi manusia di Qatar sudah bergema dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam laporan Guardian, Februari 2022 lalu, setidaknya 6.500 pekerja migran — banyak di antaranya yang bekerja di proyek Piala Dunia — meninggal di Qatar sejak negara tersebut memenangi hak menjadi tuan rumah Piala Dunia pada 10 tahun lalu.
Setelah laporan itu, para pemain dari Jerman, Belanda dan Norwegia sejak saat itu mengenakan kaos yang menyuarakan keprihatinan atas hak asasi manusia di Qatar dalam kualifikasi Piala Dunia sebelum pertandingan dimulai.
Bahkan dalam Kongres FIFA ke-72 di Doha, Qatar, Kamis (31/3/2022) waktu setempat isu HAM Qatar menjadi pembahasan yang menonjol. Itu menjadi pertemuan pertama FIFA sejak terakhir 2019 atau sebelum pandemi virus corona merebak.
Seperti dilansir Al Jazeera, Pesiden Federasi Sepakbola Norwegia, Lise Klaveness dengan berani naik ke panggung dan menyatakan Qatar tak layak menjadi tuan rumah. Ia menilai, trek rekor negara itu soal HAM harusnya menjadi pertimbangan FIFA menunjuknya menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Federasi Sepakbola Inggris (FA) bulan lalu membuat pernyataan akan melobi FIFA terkait undang-undang pekerja baru setelah adanya pelecehan pekerja migran di Qatar menjelang turnamen. Pernyataan itu memang ditunggu publik terkait dengan kekejaman hak asasi manusia di negara itu.
Protes terbaru datang dari Prancis. Otoritas lokal di Marseille, Lille, Bordeaux, Reims, Nancy, Rodez dan Paris, mengumumkan bahwa mereka tidak akan memasang layar televisi raksasa seperti di masa lalu untuk menyiarkan pertandingan dan tidak mengadakan “zona penggemar” alias Nonton Bareng.
Langkah tersebut diambil sebagai bentuk protes bahwa ajang piala dunia banyak bersinggungan dengan pelanggaran hak asasi manusia.
Qatar, tuan rumah tahun ini, diduga melakukan kerja paksa yang menyebabkan kematian pekerja migran di lokasi Piala Dunia.
Protes lainnya dilakukan oleh Denmark dan perusahaan pakaian olahraga Denmark Hummelsport yang memproduksi jersey baru untuk dikenakan di Piala Dunia 2022.
Jersey Denmark itu tampil polos dengan desain minimalis. Normalnya, jersey sepakbola memunculkan logo apparel dan lambang tim yang bersangkutan. Hanya ada nomor dan nama di punggung pemain.
Seragam kandang berwarna merah. Lalu, seragam tandang berwarna putih. Dan, seragam ketiga berwarna hitam.
Hummelsport mengatakan ingin mengirim pesan ganda dalam jersey yang dikenakan Christian Eriksen dkk. Satu pesan untuk memberi semangat negara tercinta, pesan lainnya untuk protes. (ATN)
Discussion about this post