ASIATODAY.ID, JAKARTA – Jelang pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-43, Selasa (5/9/2023), di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, para pemimpin negara ASEAN dan lembaga internasional telah tiba di Indonesia.
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan para pemimpin tersebut di Istana Negara, Senin (4/9/2023). Berbagai agenda dibahas dalam pertemuan bilateral tersebut.
Pertama, Presiden Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Manet, di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (04/09/2023). Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi dan PM Hun Manet antara lain membahas mengenai peningkatan kerja sama di bidang pertanian.
“Ini adalah kerja sama yang strategis bukan hanya mengenai ekspor impor tetapi ini juga bicara mengenai masalah ketahanan pangan,” ujar Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi dalam keterangannya selepas mendampingi Presiden Jokowi dalam pertemuan tersebut.
Lebih lanjut, Retno mengatakan bahwa di dalam pertemuan tersebut juga telah ditandatangani nota kesepahaman pertanian antara Menteri Pertanian kedua negara.
“Di dalam diskusi juga kedua pemimpin Indonesia Kamboja bicara mendorong kerja sama antara BUMN Indonesia dengan BUMN Kamboja,” imbuhnya.
Selain itu, kedua pemimpin juga membahas mengenai pentingnya penguatan kerja sama dalam perlindungan warga negara Indonesia (WNI), utamanya para WNI yang menjadi korban penipuan daring atau online scam.
“Presiden Jokowi mengatakan dari Januari-Juli tahun ini, 777 kasus ditangani di Kamboja, 515 di antaranya terkait dengan online scam. Oleh karena itu, Presiden Jokowi menekankan pentingnya diperkuat kerja sama para penegak hukum,” jelasnya.
Untuk diketahui, kunjungan PM Hun Manet ke Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-43 ASEAN di Jakarta merupakan kunjungan perdananya ke KTT sejak menjabat sebagai PM Kamboja pada 22 Agustus 2023.
“Ini adalah kunjungan PM Kamboja ke KTT yang pertama kalinya. PM Kamboja adalah PM yang baru,” kata Menlu Retno.
Kedua, Presiden Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) Vietnam Pham Minh Chinh, di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (4/9/2023). Dalam pertemuan tersebut, kedua pemimpin mendorong segera direalisasikannya kerja sama di bidang maritim dan perikanan antara Indonesia dengan Vietnam.
“Dengan Vietnam, PM Vietnam mengundang Presiden Jokowi ke Vietnam. Beliau berdua mendorong realisasi kerja sama maritim dan perikanan berkelanjutan,” ujar Menlu Retno.
Lebih lanjut, Retno menuturkan bahwa sebagai fondasi kerja sama dalam bidang perikanan tersebut, Presiden Jokowi mendorong agar kedua negara dapat segera menandatangani nota kesepahaman terkait hal itu.
“Presiden Jokowi mendorong agar MoU perikanan dapat segera ditandatangani. Ini sebagai fondasi untuk kerja sama pengelolaan perikanan yang berkelanjutan,” imbuhnya.
Selain itu, kedua pemimpin juga menyambut baik kerja sama pengembangan ekosistem kendaraan listrik oleh sektor swasta, serta mendorong kerja sama antara BUMN kedua negara.
Ketiga, Presiden Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) Timor-Leste, Xanana Gusmao, di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (4/9/2023). Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi membahas mengenai penyelesaian batas darat dan mengajak pemerintah Timor-Leste untuk membentuk kawasan ekonomi di perbatasan kedua negara.
“Presiden Jokowi menyampaikan diharapkan akhir tahun ini batas darat dapat diselesaikan, dan kedua pemimpin juga menyepakati bahwa kerja sama ekonomi terutama di daerah perbatasan penting untuk ditingkatkan,” kata Menlu Retno.
Selanjutnya, Menlu Retno mengatakan bahwa PM Timor-Leste mengapresiasi dukungan Indonesia kepada Timor-Leste dalam keanggotaan ASEAN.
“Pada saat pembicaraan, Presiden Jokowi menekankan dukungan ke depan untuk capacity building dalam rangka mempercepat keanggotaan penuh Timor-Leste di ASEAN,” lanjut Menlu Retno.
Lebih lanjut, Menlu Retno menyebut, PM Timor-Leste juga turut mengapresiasi Indonesia yang telah menjadi sumber perdamaian dunia.
“PM Xanana Gusmao juga mengatakan bahwa Indonesia merupakan center gravity of a peace dan juga merupakan effective voice dari perdamaian,” tuturnya.
Berikutnya, Presiden Jokowi menggelar pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) Kepulauan Cook, Mark Brown, Senin (4/9/2023), di Istana Merdeka, Jakarta. Pada pertemuan tersebut, PM Mark Brown menyampaikan selamat dan apresiasinya kepada Indonesia yang mendorong untuk mendekatkan ASEAN dengan pasifik.
“Perdana Menteri Cook Islands menyampaikan selamat kepada Indonesia dan Indonesia diapresiasi karena selama ini menjadi key driver untuk mendekatkan ASEAN dengan pasifik,” ujar Menlu Retno.
Selain itu, kedua pemimpin juga menyambut baik telah ditandatanganinya kerja sama antara Sekretariat ASEAN dengan Sekretariat Pacific Islands Forum (PIF).
Seperti diketahui, PM Mark Brown hadir pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-43 ASEAN dalam kapasitasnya sebagai Ketua Pacific Islands Forum (PIF).
“Siang tadi telah ditandatangani kerja sama antara Sekretariat ASEAN dan juga dengan Sekretariat PIF. Ini merupakan implementasi dari ASEAN Outlook on the Indo-Pacific yang diinisiasi oleh Indonesia tahun 2019 kemudian diterjemahkan selama keketuaan Indonesia dengan merangkul IORA dan PIF dan Indonesia melakukan ASEAN Indo-Pacific Forum,” kata Retno.
Di samping itu, pada pertemuan tersebut PM Mark Brown juga menyampaikan penghormatannnya terhadap isu kedaulatan dan integritas teritorial negara lain. Menurut Retno, PM Mark Brown menyampaikan isu kerja sama dengan negara-negara mitra sebagai prioritas utamanya.
“PM Cook Islands menyampaikan, bagi PIF prioritas utama adalah membahas development priorities dengan negara-negara mitranya,” tandasnya.
Kemudian, Presiden Jokowi juga melakukan pertemuan dengan Ketua Eksekutif atau Executive Chairman World Economic Forum (WEF) Klaus Schwab, di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (4/9/2023). Dalam pertemuan tersebut, Klaus Schwab mengatakan bahwa ia adalah “big believer” pada ASEAN.
“Beliau adalah big believer on ASEAN, percaya mengenai masalah ASEAN, pertumbuhan ekonomi ASEAN,” tutur Menlu Retno.
Selain itu, Klaus Schwab juga menyinggung mengenai pentingnya mengintegrasikan isu terkait kecerdasan buatan atau artificial intelligence di dalam diskusi-diskusi ekonomi. Selanjutnya, ia juga mengundang Presiden Jokowi untuk menghadiri World Economic Forum tahun depan.
“Beliau mengundang Presiden Jokowi untuk hadir dalam World Economic Forum Januari tahun depan di mana isu artificial intelligence ini akan menjadi salah satu prioritas dalam diskusi,” tandasnya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menerima Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva beserta delegasi di Ruang Jepara, Istana Merdeka, Jakarta, Senin (4/9/2023). Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi antara lain berbincang mengenai situasi ekonomi global.
“Pada saat berbicara dengan World Bank dan IMF beliau melakukan tukar pikiran mengenai masalah situasi ekonomi dunia,” ujar Menlu Retno.
Menurut Retno, baik Presiden World Bank maupun Direktur Pelaksana IMF menyampaikan apresiasi atas prestasi ekonomi Indonesia. Keduanya memuji pertumbuhan ekonomi Indonesia sekaligus kemampuan Indonesia menekan inflasi pada saat yang sama.
“Managing Director IMF bahkan mengatakan bahwa ASEAN is a bright spot di tengah situasi dunia yang sulit dan Indonesia dikatakan sebagai source of joy, source of hope,” ungkapnya.
“Dan ini juga memberikan pelajaran juga bagi negara-negara berkembang, kalau Indonesia bisa maka negara berkembang lain juga harus bisa,” imbuhnya.
Selanjutnya, Presiden Jokowi menerima Presiden World Bank Ajay Banga beserta delegasi di Ruang Jepara, Istana Merdeka, Jakarta, Senin (4/9/2023). Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi menyampaikan sejumlah isu untuk dibahas bersama dengan Presiden Banga, termasuk soal reformasi sistem keuangan global.
Presiden Jokowi mengatakan bahwa Indonesia dan negara berkembang lainnya menaruh harapan kepada World Bank untuk bisa mewujudkan sistem keuangan yang lebih adil.
“Saya yakin Presiden Banga menyadari berbagai kritik pada World Bank, termasuk oleh Sekjen PBB terkait kurangnya perhatian pada kepentingan negara berkembang. Indonesia dan negara berkembang lain menaruh harapan besar kepada Anda untuk wujudkan sistem keuangan global yang lebih adil bagi semua, terutama bagi negara berkembang,” ujarnya.
Menurut Presiden Jokowi, saat ini situasi ketidakpastian global berpengaruh terhadap pembangunan di negara berkembang. Untuk itu, Presiden Jokowi memandang perlu adanya kolaborasi lintas pemangku kepentingan untuk menghadapi situasi tersebut.
“Saya ingin jajaki potensi kolaborasi World Bank dengan Indonesia dan ASEAN untuk jawab tantangan tersebut,” lanjutnya.
Pada kesempatan tersebut, Presiden Jokowi menyampaikan komitmen Indonesia dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Jokowi pun mendorong penguatan komitmen untuk merealisasikan pembiayaan dan investasi dalam transisi energi dan ekonomi hijau.
“Berbagai terobosan telah kami lakukan, termasuk pengembangan EBT dan upaya penerapan pajak karbon. Tapi tidak semua negara dapat penuhi kebutuhan pembiayaan hijau,” kata Presiden Jokowi. (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News