ASIATODAY.ID, JAFFA – Kerusuhan pecah selama dua hari berturut-turut di Jaffa, Tel Aviv, Israel, ketika warga Arab Israel memprotes keputusan untuk menghancurkan kompleks pemakaman Muslim. Kompleks pemakaman tua itu sudah berada sejak abad ke-18.
Warga Arab Israel marah ketika mereka mengetahui ada rencana mengubah kompleks pemakaman bersejarah itu untuk dibuat tempat tinggal tunawisma dan ruang komersial. Hingga Rabu 10 Juni, warga masih terlibat bentrok dengan polisi Israel.
Melansir Haaretz, warga yang ditangkap kedapatan membakar tempat sampah dan melemparkan batu ke polisi. Mereka dibawa ke kantor polisi Jaffa untuk diinterogasi.
Pada Selasa, sekitar 300 warga Arab Israel di Jaffa berdemonstrasi menentang pemerintah kota. Demonstran berbaris ke utara dari Ajami di Jaffa selatan menuju lokasi, di mana mereka bermaksud melakukan doa massal menentang pembongkaran yang dimulai Senin.
Polisi mengatakan unjuk rasa dengan cepat berubah menjadi kekerasan dengan demonstran membakar tempat sampah dan melemparkan mereka di tengah jalan Yefet, salah satu jalan utama Jaffa. Sebuah helikopter dengan lampu sorot mengarah ke jalan-jalan Jaffa dapat terlihat berputar-putar di atas area sepanjang protes.
“Para pedemo membakar tempat sampah dan mobil, membakar ban dan melemparkan batu ke bus,” kata polisi itu, melansir Haaretz, Kamis (11/6/2020).
Rekaman video yang disediakan oleh polisi menunjukkan sebuah bus dari Egged, yang menjalankan transportasi umum di Tel Aviv, di sisi jalan, jendelanya pecah. Sopir itu tidak terluka.
“Pedemo menargetkan mobil polisi, menembakkan kembang api ke sekelompok petugas dan melemparkan batu ke arah mereka. Seorang demonstran ditangkap sementara beberapa ditahan dan kemudian dibebaskan,” pernyataan pihak kepolisian.
Seorang pengunjuk rasa bernama Abed mengatakan: “Kami berbaris dengan tertib dan hanya ingin mengekspresikan rasa sakit kami, dan polisi melemparkan granat setrum untuk membubarkan kami. Kekerasan dimulai karena kami dicegah untuk mencapai situs. Anak-anak kecil jatuh ke tanah, itu menjijikkan.”
Pejabat kota telah memberikan jaminan bahwa kuburan-kuburan di lokasi itu tidak akan rusak dan bahwa jika ada kebutuhan untuk menghilangkan tulang-tulang orang mati, mereka akan dikuburkan kembali di tempat lain di lokasi itu.
Namun demikian, setelah ditemukannya tanah pemakaman, warga yang protes menunjukkan slogan besar dengan referensi kepada Wali Kota Ron Huldai yang berbunyi: “Huldai sedang menodai kuburan Muslim.”
Ketua Dewan Muslim Jaffa, Tarek Ashqar, mengatakan kepada Haaretz bahwa protes akan ditingkatkan.
“Huldai keras kepala. Dia memiliki kesempatan untuk berdamai dengan umat Islam dan komunitas Arab, tetapi dia seorang pengganggu,” tegas Ashgar.
Pada Januari, setelah dua tahun musyawarah antara kota dan penduduk Jaffa dan dewan Muslim setempat, Pengadilan Distrik Tel Aviv menolak tantangan hukum terhadap rencana tersebut dan membuka jalan untuk proyek tersebut.
Proyek ini akan mengakomodasi untuk sekitar 80 orang di tempat penampungan bagi para tunawisma yang sedang menjalani rehabilitasi narkoba. (ATN)
Discussion about this post