ASIATODAY.ID, JAKARTA – Dua anakan Hiu Belimbing dilepasliarkan di Laguna Wayag, Kawasan Konservasi Kepulauan Waigeo Sebelah Barat, Raja Ampat awal Januari 2023 lalu.
Laguna Wayag Raja Ampat dipilih sebagai situs pelepasan perdana karena merupakan ekosistem dari berbagai jenis Hiu dan Pari, utamanya sebagai daerah pembesaran Pari Manta Karang pertama di dunia.
Selain itu, Laguna Wayag juga menawarkan perlindungan untuk Hiu Belimbing yang saat ini status konservasinya terancam punah (endangered) dalam daftar merah The International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Pelepasliaran anakan Hiu Belimbing ini menjadi upaya nyata konservasi biota laut yang digaungkan melalui proyek peningkatan dan pemulihan populasi Hiu Belimbing (Stegostoma tigrinum) atau StAR (Stegostoma tigrinum Augmentation and Recovery) Project.
Proyek StAR merupakan inisitiaf untuk membangun kembali populasi (repopulasi) Hiu Belimbing Indo-Pasifik yang memiliki keragaman genetik di Raja Ampat melalui translokasi dan restocking yang pertama kalinya dilakukan di dunia.
Kegiatan restocking ini mendatangkan Hiu Belimbing dari Australia melalui dua tahapan yakni 3 individu di tahap pertama yang berhasil hidup mulai dari telur hingga anakan.
Adapun Proyek StAR diluncurkan oleh Pemerintah Provinsi Papua Barat pada November 2022 lalu.
Profesor. Dr. Charly D. Heatubun selaku Ketua Tim Koordinasi Pelaksanaan Proyek Restocking Hiu Belimbing mengatakan, proyek ini bertujuan untuk melepas atau membebaskan anak hiu belimbing secara khusus oleh institusi asosiasi aquarium dan juga kebun binatang yang nantinya akan dapat membangun populasi Hiu yang sehat dan juga memiliki keanekaragaman genetik di perairan wilayah Kepulauan Raja Ampat.
“Membebaskan anak hiu belimbing secara khusus oleh institusi asosiasi aquarium dan juga kebun binatang yang nantinya akan dapat membangun populasi hiu yang sehat dan juga memiliki keanekaragaman genetik di perairan wilayah Kepulauan Raja Ampat dan hal ini juga membawa dampak yang signifikan bagi peningkatan kesejahteraan di masyarakat serta menumbuh kembangkan pariwisata berkelanjutan tentang proyek StAR,” jelasnya.
Proyek ini juga mengambil keuntungan bahwa ikan Hiu dapat bertelur dan cangkang telur ini mampu bertahan untuk pengangkutan jarak jauh, sehingga pengiriman bisa terlaksana yang berasal dari akuarium yang berasal luar negeri yaitu Negara Australia, lalu dari Amerika kemudian di proses lebih lanjut di dalam fasilitas pemeliharaan yang telah dibangun di Raja Ampat.
Kolaborasi berskala global
Raja Ampat sendiri dinilai telah memiliki jejaring kawasan konservasi perairan yang telah mapan, karena itulah dipilih sebagai lokasi implementasi pertama dari Proyek StAR.
“StAR adalah program pelepasliaran Hiu terancam punah pertama di dunia dan ini juga pertama kali Hiu yang lahir dan dibesarkan di aquaria dikembalikan antar-negara untuk pemulihan populasi di habitat aslinya. Kami senang bisa mendukung mitra-mitra di Indonesia dalam kolaborasi internasional yang penting ini, mengantar kembali hiu belimbing ke tempat asalnya, dan memulihkan populasi yang sehat untuk generasi mendatang,” kata Dr. Mark Erdmann, Wakil Presiden Conservation International Asia-Pasifik dari Program Kelautan pada peluncuran Proyek StAR November 2022 lalu.
“Kepemimpinan di tingkat lokal dan kolaborasi internasional adalah kuncinya. Dalam waktu kurang dari tiga tahun, koalisi global telah berkembang menjadi lebih dari 70 mitra di 13 negara,” kata Dr. Erin Meyer, Chair of the StAR Project Steering Committee, pada acara peluncuran.
“Bersama melalui Proyek StAR kami mengarungi lautan, dan kami baru saja memulai — kami akan memperluas ke spesies lain, wilayah lain karena ada hampir 400 spesies hiu dan pari yang terancam punah.”
Mengingat secara historis hiu belimbing pernah melimpah dengan kemampuan bertahan hidup yang baik, Proyek StAR memperkirakan akan melepas 200-300 individu hiu belimbing untuk memulihkan populasi di Raja Ampat sampai populasinya mampu berkembang secara mandiri dalam jangka waktu 6-10 tahun.
Raja Ampat dipilih karena kesuksesan konservasi yang diakui secara global sebagai suaka bagi Pari manta dan Hiu pertama di Asia Tenggara, yang didukung dengan jejaring yang terdiri dari sembilan kawasan konservasi perairan yang terkelola dengan baik. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post